Thursday, December 30, 2010

SALAM HIKMAH DALAM HIKMAH (3)

Saidina Abu Bakar As-Siddiq

Ingin aku jadi rumput sahaja, supaya dimakan oleh kuda
kerana amat ngerinya siksaan Allah

Agama buat kehidupan di akhirat, harta buat kehidupan di
dunia. Di dunia orang yang tidak berharta berasa susah hati,
tetapi orang yang tidak beragama merasa lebih sengsara
Jadilah seperti pohon kayu yang lebat buahnya, tumbuh di tepi
jalan. Dilempar buahnya dengan batu, tetapi tetap dibalas
dengan buah.

Orang yang bakhil itu tidak akan terlepas daripada salah satu daripada 4 sifat yang
membinasakan, iaitu:
· Ia akan mati and hartanya akan diambil oleh warisnya, lalu
dibelanjakan bukan pada tempatnya atau;
· Hartanya akan diambil secara paksa oleh penguasa yang
zalim atau;
· Hartanya menjadi rebutan orang-orang jahat and akan
dipergunakan untuk kejahatan pula atau;
· Adakalanya harta itu akan dicuri and dipergunakan secara
berfoya-foya pada jalan yang tidak berguna .

Abu Bakar Rhodiyallahu ‘Anhu berkata :

اُطْلُبُوا الْمَوْتَ تُوْهَبْ لَكَ الْحَيَاةُ
“ Kejarlah kematian ! Kau dapatkan kehidupan “

8 PERKARA PERHIASAN BAGI 8 PERKAR A
Abu Bakar r.a telah berkata maksudnya ada 8 perkara merupakan
perhiasan bagi 8 perkara iaitu:
1.Tidak meminta-minta adalah hiasan fakir.
2.Meninggalkan perbuatan menggungkit-gunggit pemberian
adalah hiasan amalan baik.
3.Sabar adalah hiasan bala.
4.Merendahkan diri /tawaduk adalah hiasan mereka yang
menuntut ilmu.
5.lambat marah adalah hiasan ilmu.
6.Banyak menengis adalah hiasan takut.
7.Syukur adalah hiasan nikmat.
8.khusuk adalah hiasan solat.

Wednesday, December 29, 2010

niat dan gerak

QUDRAT(Kuasa) : Alah Taala itu Maha Berkuasa. Mustahil Allah itu lemah atau tidak berkuasa.
IRADAT( Menentukan) : Allah itu Menentukan segala-galanya. Mustahil Allah Taala itu terpaksa dan dipaksa


 Tidak ada keupayaan dan kekuatan melainkan (Iradat dan Kudrat) Allah s.w.t.

Tidak ada daya dan upaya melainkan dengan Allah s.w.t.

JANGAN DIAJUKAN HAJATMU KEPADA SELAIN ALLAH S.W.T. ALLAH S.W.T YANG MENDATANGKAN HAJAT ITU KEPADA KAMU. SIAPAKAH YANG SELAIN ALLAH S.W.T DAPAT MENGANGKAT SESUATU YANG DILETAKKAN OLEH ALLAH S.W.T? BARANGSIAPA YANG TIDAK MAMPU MELAKSANAKAN HAJAT DIRINYA SENDIRI, BAGAIMANA PULA DIA SANGGUP MELAKSANAKAN HAJAT ORANG LAIN.


1: Kudrat(gerak)
2: Iradat(kehendak\niat)
Seseorang Hamba adalah Faqir dimana Gerak dan Diam adalah takluk dalam Kudrat dan Iradat ALLAH. Kita hanya mempunyai kudrat memohon tetapi tiada kudrat melakukannya....walaupun hanya mahu meminun secawan air atau mengerakkan hujung jari, melainkan datangnya gerak Kudrat dan Iradat dari ALLAH. Justeru itu gerak atau inginkan sesuatu hanya dimohon kepada ALLAH.




Tuesday, December 28, 2010

SALAM HIKMAH DALAM HIKMAH (2)

Saidina Umar bin Al-Khatab r.a. berkata :
· Orang yang banyak ketawa itu kurang wibawanya.
· Orang yang suka menghina orang lain, dia juga akan dihina.
· Orang yang menyintai akhirat, dunia pasti menyertainya.
· Barangsiapa menjaga kehormatan orang lain, pasti
kehormatan dirinya akan terjaga.

SAYIDINA UMAR BIN KHATTAB : 1. Jika tidak karena takut dihisab, sesungguhnya
aku akan perintahkan membawa seekor kambing,
kemudian dipanggang untuk kami di depan
pembakar roti.

2. Barangsiapa takut kepada Allah SWT nescaya
tidak akan dapat dilihat kemarahannya. Dan
barangsiapa takut pada Allah, tidak sia-sia apa
yang dia kehendaki.

3. Wahai Tuhan, janganlah Engkau jadikan
kebinasaan umat Muhammad SAW di atas
tanganku. Wahai Tuhanku, umurku telah lanjut
dan kekuatanku telah lemah. Maka genggamkan
(matikan) aku untukMu bukan untuk manusia.

4. Jangan engkau percaya melihat kegagahan seorang lelaki.
Tetapi jika mereka teguh memegang amanah dan menahan
tangannya daripada menganiayai sesamanya, itulah lelaki yang
sebenarnya -Khalifah Umar al-Khattab

5. Kebajikan yang ringan adalah menunjukkan muka berseri-seri
dan mengucapkan kata-kata lemah-lembut
-Saidina Umar bin Al-Khatab

6. Barangsiapa menempatkan dirinya di tempat yang dapat
menimbulkan persangkaan, maka janganlah menyesal kalau
orang menyangka buruk kepadanya -Saidina Umar al-Khattab

7. Manusia yang berakal ialah manusia yang suka menerima dan
meminta nasihat -Saidina Umar bin Al-Khatab

8. Barangsiapa yang jernih hatinya, akan diperbaiki Allah pula
pada yang nyata di wajahnya. -Saidina Umar bin Al-Khatab

9. Kalau engkau berasa berkuasa untuk membuat aniaya kepada
hamba Allah, ingatlah pula bahawa Allah lebih berkuasa
membalasnya -Saidina Umar bin Al-Khatab

ILMU YAKIN

Ilmu al yaqin
Adalah keyakinan akan keberadaan Allah swt berdasar ilmu pengetahuan tentang sebab akibat atau melalui hukum kau salita, seperti keyakinan dari para ahli ilmu kalam. Misalnya apa saja yang ada di alam semesta ini adalah sebagai akibat dari sebab yang telah ada sebelumnya. Sedangkan sebab yang telah ada sebelumnya yang juga merupakan akibat dari sebab yang sebelumnya lagi, sehingga sampai pada satu sebab yang tidak diakibatkan oleh sesuatu sebab, yang disebabkan penyebab pertama atau punca prima. Dan itulah Tuhan.

Ainu al yaqin
Keyakinan yang dialami oleh orang yang telah melewati tahap pertama, yaitu ilmu al yaqin, sehingga setiap kali dia melihat sesuatu kejadian, tanpa melalui proses sebab akibat lagi dia langsung meyakini akan wujud Allah; sebagaimana ucapan:
Sayyidina Abu Bakar As Siddiq ra.:

مَا رَأَيْتُ شَيْئًا إِلاَّ وَرَأَيْتُ اللهَ فِيْهِ

"Tiadalah aku melihat sesuatu, kecuali aku melihat Allah pada sesuatu tersebut"
Ucapan Sayyidina Umar bin Khattab ra.:

مَا رَأَيْتُ شَيْئً إِلاَّ وَرَأَيْتُ اللهَ قَبْلَهُ

"Tiadalah aku melihat sesuatu, kecuali aku melihat Allah sebelumnya"

Ucapan Sayyidina Usman bin Affan ra.:

مَا رَأَيْتُ شَيْئًا إِلاَّ وَرَأَيْتُ اللهَ بَعْدَهُ
"Tiadalah aku melihat sesuatu, keculai aku melihat Allah sesudahnya".

Ucapan Sayyidina Ali bin Abi Thalib ra.:

مَا رَأَيْتُ شَيْئًا إِلاَّ وَرَأَيْتُ اللهَ مَعَهُ
"Tiadalah aku melihat sesuatu, kecuali aku melihat Allah beserta sesuatu tersebut".

Haqqul yaqin
Adalah keyakinan dimiliki oleh orang yang telah menyadari bahwa alam semesta ini pada hakekatnya adalah bayangan dari Penciptanya, sehingga dia dapat merasakan wujud yang sejati itu hanyalah Allah, sedangkan lainnya hanyalah bukti dari wujud yang sejati tersebut, yaitu Allah swt.
Tingkatan keyakinan ini menurut para ulama terbagi menjadi tiga tingkatan. 

Pertama adalah tingkatan `ilmu yaqin :
Tingkatan `ilmu yaqin ini adalah tingkatan keyakinan seseorang yang berasal dari pengetahuan yang tidak akan goyah dengan pendapat atau gangguan apapun. Keyakinan ini layaknya pohon yang memiliki akar sangat kuat, sehingga pohon itu tak bergeming ketika diterpa oleh angin bertubi-tubi. Hal ini seperti ucapan Ali bin Abu Thalib di atas, yang menunjukkan keyakinannya tidak akan goyah dengan apapun. Begitu juga sahabat Nabi, Haritsah bin an-Nu’man yang memiliki keyakinan kuat. Suatu ketika Nabi Saw bertanya kepadanya, “Bagaimanakah keadaanmu hari ini wahai Haritsah?” Beliau ra menjawab, “Aku berada di hari ini benar-benar dalam keadaan beriman.” Lalu Nabi Muhammad Saw bersabda, “Perhatikanlah ucapanmu itu, sesungguhnya setiap kebenaran memiliki hakikat.’ ‘Maka apakah hakikat imanmu?” Beliau ra menjawab, “Nafsuku telah jemu terhadap dunia, maka bagiku setara antara emas, batu, miskin dan kaya.’ ‘Karena itu aku bejaga di malam hari, dan puasa di siang hari.’ ‘Seakan-akan kulihat arys Tuhanku secara nyata, kulihat penduduk surga saling berkunjung dan mendapat nikmat di dalam surga dan penduduk neraka berkerumun lalu mendapat azab di dalam neraka.” Mendengar jawaban Haritsah, Nabi Muhammad Saw bersabda, “Haritsah adalah seorang hamba yang hatinya diberi cahaya oleh Allah.’ ‘Kau telah mengetahuinya maka pertahankanlah.” Karena keyakinannya kuat maka mari kita lihat apakah harapan Haritsah? Beliau ra berkata, “Wahai Rasulullah, mintakanlah kepada Allah agar aku mendapatkan mati syahid.” Maka beliau Saw mendoakannya, dan doa beliau Saw diterima oleh Allah. Haritsah termasuk sahabat yang pertama kali syahid pada waktu perang uhud. Ketika ibu haritsah mendengar berita kematian anaknya, ia bergegas menuju Nabi Muhammad Saw dan bertanya, “Wahai Rasulullah, beritahukanlah kepadaku tentang anakku Haritsah.’ ‘Jika ia berada di surga aku tak akan menangis atau meratap.’ ‘Tetapi jika ia berada dalam tempat yang lain, maka aku akan menangis selama aku hidup di dunia ini.” Maka Rasulullah Saw bersabda, “Apakah kau tak memahami wahai ibu Haritsah?’ ‘Sesungguhnya surga itu memiliki banyak tingkatan, dan sesungguhnya anakmu telah mencapai surga Firdaus yang tertinggi.” Maka ibu Haritsah kembali dengan tersenyum sambil berkata, “Beruntung, beruntunglah engkau wahai Haritsah.” (Hadits Riwayat Baihaqi)

Kedua adalah tingkatan `ainul yaqin :
yaitu tingkatan keyakinan seseorang yang telah menyaksikan apa yang selama ini ia yakini melalui ilmunya. Contohnya seperti sebuah peristiwa yang disampaikan oleh Abdullah bin Abbas. Beliau menceritakan bahwa pada suatu ketika terjadi gerhana matahari pada masa Rasulullah Saw. Lalu beliau Saw melakukan shalat bersama para sahabatnya. Beliau berdiri lama sepanjang bacaan surat al-Baqarah. Usai shalat beliau berbalik, sedang matahari telah nampak. Beliau Saw bersabda, “Sesungguhnya matahari dan bulan merupakan tanda-tanda kekuasaan Allah.’ ‘Tiadalah gerhana terjadi karena kematian dan kehidupan seseorang.’ ‘Karena itu, jika kalian melihatnya, maka sebutlah Allah” Para sahabat bertanya, “Wahai Rasulullah, kami melihatmu mengambil sesuatu di tempat berdirimu ini, lalu kami melihatmu mundur ke belakang.” Beliau bersabda, “Sesungguhnya aku melihat surga, maka aku berusaha mengambil seikat buah-buahan.’ ‘Jika aku mengambilnya, niscaya kalian akan dapat memakannya selama dunia ini masih ada.’ ‘Dan aku juga melihat neraka.’ ‘Tak pernah kulihat pemandangan yang lebih menyeramkan dari pemandangan hari ini.’ ‘Aku melihat kebanyakan penghuninya adalah wanita.” Para sahabat bertanya, “Mengapa demikian, wahai Rasulullah?” Beliau menjawab, “Karena pengingkaran mereka”. Beliau Saw ditanya, “Apakah mereka mengingkari Allah?” Nabi menjawab, “Mereka mengingkari suami, dan perbuatan baik.’ ‘Seandainya engkau berbuat baik kepada salah seorang di antara mereka sepanjang waktu, lalu dia melihat suatu kekurangan darimu, niscaya dia akan mengatakan, “Aku tidak pernah melihat kebaikan sedikitpun darimu.”

Ketiga adalah tingkatan haq al-yaqin :
tingkatan ini adalah kedudukan ketika seseorang merasakan kehadiran sesuatu yang selama ini ia yakini. Inilah pencapaian keyakinan yang tertinggi yang telah dicapai oleh para Rasul dan Nabi. Mereka menerima wahyu dari Allah, berdialog dengan Allah. Mereka juga berinteraksi dengan para malaikat Allah, atau bahkan bertemu dengan Allah. Contohnya adalah peristiwa mi’raj yang dialami oleh Rasul Saw dan dialog yang terjadi di dalamnya. Pencapaian yang tertinggi ini menutup segala celah keraguan di dalam hati seseorang. 
Seorang ulama menjelaskan tingkatan keyakinan di atas dengan contoh yang sangat sederhana dan mengena. Ia menjelaskannya sebagai berikut:
Jika kita menyambut kedatangan rombongan haji yang datang dari Mekah. Lalu setiap orang yang datang mengatakan bahwa di Mekah terdapat Ka’bah. Mungkinkah kita meragukan keberadaan Ka’bah di Mekah? Tentu saja tidak mungkin kita meragukannya. Bagaimana mungkin seluruh rombongan itu sepakat dalam kedustaan? Pada saat itu kita merasakan keyakinan akan keberadaan Ka’bah di Mekah. Dan keyakinan kita tak mungkin digoyahkan oleh pendapat-pendapat lain, walaupun kita belum pernah menyaksikannya. Seperti inilah tingkatan `ilmu yaqin. Lalu ketika kita mendapat kesempatan untuk menunaikan ibadah haji, maka kita pergi ke Mekah dan kita menyaksikan langsung keberadaan Ka’bah dengan mata kepala kita sendiri. Maka lebih kuatlah keyakinan kita. Dan seperti inilah kedudukan `ain al-yaqin. Setelah semua itu, kita mendekati Ka’bah lalu menyentuhnya, maka pada posisi ini kita telah merasakan keberadaan Ka’bah. Dan seperti itulah mereka yang telah mencapai kedudukan haq al-yaqin.


 http://darulhidayahku.blogspot.com/2010/05/ilmu-yaqin-ainul-yaqin-dan-haqqul.html

Monday, December 27, 2010

SALAM HIKMAH DALAM HIKMAH (1)

SAYIDINA ALI KARAMALLAHU WAJHAH :

1. Cukuplah bila aku merasa mulia karena Engkau
sebagai Tuhan bagiku dan cukuplah bila aku
bangga bahawa aku menjadi hamba bagiMu.
Engkau bagiku sebagaimana yang aku cintai,
maka berilah aku taufik
sebagaimana yang Engkau cintai.

2. Hendaklah kamu lebih memperhatikan tentang
bagaimana amalan itu diterima daripada banyak
beramal, kerana sesungguhnya terlalu sedikit
amalan yang disertai takwa. Bagaimanakah
amalan itu hendak diterima?

3. Janganlah seseorang hamba itu mengharap
selain kepada Tuhannya dan janganlah dia takut
selain kepada dosanya.

4. Tidak ada kebaikan ibadah yang tidak ada
ilmunya dan tidak ada kebaikan ilmu yang tidak
difahami dan tidak ada kebaikan bacaan kalau
tidak ada perhatian untuknya.

5. Ilmu itu lebih baik daripada harta. Ilmu menjaga engkau dan
engkau menjaga harta. Ilmu itu penghukum (hakim) dan harta
terhukum. Harta itu kurang apabila dibelanjakan tapi ilmu
bertambah bila dibelanjakan.

6. Kecantikan bukan terletak pada pakaian yang dipakai tetapi ia
bergantung kepada keelokan akhlak dan budi pekerti. -

8. Alangkah buruknya kepapaan, kalau aku mengadu aku malu,
kalau aku berdiam diri aku binasa

7. Hanya lidah yang mahu berdusta dan berbohong. Namun
pandangan mata, hayunan kedua belah tangan, langkah kedua
belah kaki dan pergerakan tubuh atau seluruh anggota badan
akan menafikan apa yang diucapkan oleh lidah

Tuesday, December 21, 2010

MINHAJUL ABIDIN

PETUNJUK JALAN MENUJU IBADAH

ILMU
Mempelajari ilmu krn Allah itu suatu kebaikan.....,
Menuntut ilmu itu suatu ibadah .....,
Mengkaji ilmu itu suatu tasbih.....,
Menanyakan mengenai sesuatu ilmu itu suatu jihad di jalan Allah....,
Mengajarkan ilmu kpd org yang jahil suatu sedekah....,
Memberi ilmu kpd org yg berhak merupakn suatu perbuatan yg menghampirkn diri kepada ALLAH....,
ilmu itu juga "teman ketika kesunyian ".....,
ilmu menunjukkan apa yang patut disukai dan apa yang patut dibenci ......,
ilmu menyuluh jalan menuju kesyurga......,
ilmu mencelikkan mata hati yang buta.....,
ilmu menerangkan mata hati yang gelap.....,
ilmu menguatkan jasmani yang lemah.....,
ilmu menyampaikan seseorang kepada martabat abrar......,
ilmu meninggikan darjat seseorang..... ,
memikirkan mengenai ilmu menyamai berpuasa setiap hari....,
mengkaji ilmu menyamai beribadah semalaman.....,
dengan ilmu ALLAH ditaati......,
dengan ilmu diketahui haram dan halal....,
dengan ilmu amalan menjadi betul.....,
dengan ilmu diperolehi kemenanagan akhirat....,
dan dengan ilmu seseorg itu terlepas drpd api neraka jahanam!