Thursday, December 30, 2010

SALAM HIKMAH DALAM HIKMAH (3)

Saidina Abu Bakar As-Siddiq

Ingin aku jadi rumput sahaja, supaya dimakan oleh kuda
kerana amat ngerinya siksaan Allah

Agama buat kehidupan di akhirat, harta buat kehidupan di
dunia. Di dunia orang yang tidak berharta berasa susah hati,
tetapi orang yang tidak beragama merasa lebih sengsara
Jadilah seperti pohon kayu yang lebat buahnya, tumbuh di tepi
jalan. Dilempar buahnya dengan batu, tetapi tetap dibalas
dengan buah.

Orang yang bakhil itu tidak akan terlepas daripada salah satu daripada 4 sifat yang
membinasakan, iaitu:
· Ia akan mati and hartanya akan diambil oleh warisnya, lalu
dibelanjakan bukan pada tempatnya atau;
· Hartanya akan diambil secara paksa oleh penguasa yang
zalim atau;
· Hartanya menjadi rebutan orang-orang jahat and akan
dipergunakan untuk kejahatan pula atau;
· Adakalanya harta itu akan dicuri and dipergunakan secara
berfoya-foya pada jalan yang tidak berguna .

Abu Bakar Rhodiyallahu ‘Anhu berkata :

اُطْلُبُوا الْمَوْتَ تُوْهَبْ لَكَ الْحَيَاةُ
“ Kejarlah kematian ! Kau dapatkan kehidupan “

8 PERKARA PERHIASAN BAGI 8 PERKAR A
Abu Bakar r.a telah berkata maksudnya ada 8 perkara merupakan
perhiasan bagi 8 perkara iaitu:
1.Tidak meminta-minta adalah hiasan fakir.
2.Meninggalkan perbuatan menggungkit-gunggit pemberian
adalah hiasan amalan baik.
3.Sabar adalah hiasan bala.
4.Merendahkan diri /tawaduk adalah hiasan mereka yang
menuntut ilmu.
5.lambat marah adalah hiasan ilmu.
6.Banyak menengis adalah hiasan takut.
7.Syukur adalah hiasan nikmat.
8.khusuk adalah hiasan solat.

Wednesday, December 29, 2010

niat dan gerak

QUDRAT(Kuasa) : Alah Taala itu Maha Berkuasa. Mustahil Allah itu lemah atau tidak berkuasa.
IRADAT( Menentukan) : Allah itu Menentukan segala-galanya. Mustahil Allah Taala itu terpaksa dan dipaksa


 Tidak ada keupayaan dan kekuatan melainkan (Iradat dan Kudrat) Allah s.w.t.

Tidak ada daya dan upaya melainkan dengan Allah s.w.t.

JANGAN DIAJUKAN HAJATMU KEPADA SELAIN ALLAH S.W.T. ALLAH S.W.T YANG MENDATANGKAN HAJAT ITU KEPADA KAMU. SIAPAKAH YANG SELAIN ALLAH S.W.T DAPAT MENGANGKAT SESUATU YANG DILETAKKAN OLEH ALLAH S.W.T? BARANGSIAPA YANG TIDAK MAMPU MELAKSANAKAN HAJAT DIRINYA SENDIRI, BAGAIMANA PULA DIA SANGGUP MELAKSANAKAN HAJAT ORANG LAIN.


1: Kudrat(gerak)
2: Iradat(kehendak\niat)
Seseorang Hamba adalah Faqir dimana Gerak dan Diam adalah takluk dalam Kudrat dan Iradat ALLAH. Kita hanya mempunyai kudrat memohon tetapi tiada kudrat melakukannya....walaupun hanya mahu meminun secawan air atau mengerakkan hujung jari, melainkan datangnya gerak Kudrat dan Iradat dari ALLAH. Justeru itu gerak atau inginkan sesuatu hanya dimohon kepada ALLAH.




Tuesday, December 28, 2010

SALAM HIKMAH DALAM HIKMAH (2)

Saidina Umar bin Al-Khatab r.a. berkata :
· Orang yang banyak ketawa itu kurang wibawanya.
· Orang yang suka menghina orang lain, dia juga akan dihina.
· Orang yang menyintai akhirat, dunia pasti menyertainya.
· Barangsiapa menjaga kehormatan orang lain, pasti
kehormatan dirinya akan terjaga.

SAYIDINA UMAR BIN KHATTAB : 1. Jika tidak karena takut dihisab, sesungguhnya
aku akan perintahkan membawa seekor kambing,
kemudian dipanggang untuk kami di depan
pembakar roti.

2. Barangsiapa takut kepada Allah SWT nescaya
tidak akan dapat dilihat kemarahannya. Dan
barangsiapa takut pada Allah, tidak sia-sia apa
yang dia kehendaki.

3. Wahai Tuhan, janganlah Engkau jadikan
kebinasaan umat Muhammad SAW di atas
tanganku. Wahai Tuhanku, umurku telah lanjut
dan kekuatanku telah lemah. Maka genggamkan
(matikan) aku untukMu bukan untuk manusia.

4. Jangan engkau percaya melihat kegagahan seorang lelaki.
Tetapi jika mereka teguh memegang amanah dan menahan
tangannya daripada menganiayai sesamanya, itulah lelaki yang
sebenarnya -Khalifah Umar al-Khattab

5. Kebajikan yang ringan adalah menunjukkan muka berseri-seri
dan mengucapkan kata-kata lemah-lembut
-Saidina Umar bin Al-Khatab

6. Barangsiapa menempatkan dirinya di tempat yang dapat
menimbulkan persangkaan, maka janganlah menyesal kalau
orang menyangka buruk kepadanya -Saidina Umar al-Khattab

7. Manusia yang berakal ialah manusia yang suka menerima dan
meminta nasihat -Saidina Umar bin Al-Khatab

8. Barangsiapa yang jernih hatinya, akan diperbaiki Allah pula
pada yang nyata di wajahnya. -Saidina Umar bin Al-Khatab

9. Kalau engkau berasa berkuasa untuk membuat aniaya kepada
hamba Allah, ingatlah pula bahawa Allah lebih berkuasa
membalasnya -Saidina Umar bin Al-Khatab

ILMU YAKIN

Ilmu al yaqin
Adalah keyakinan akan keberadaan Allah swt berdasar ilmu pengetahuan tentang sebab akibat atau melalui hukum kau salita, seperti keyakinan dari para ahli ilmu kalam. Misalnya apa saja yang ada di alam semesta ini adalah sebagai akibat dari sebab yang telah ada sebelumnya. Sedangkan sebab yang telah ada sebelumnya yang juga merupakan akibat dari sebab yang sebelumnya lagi, sehingga sampai pada satu sebab yang tidak diakibatkan oleh sesuatu sebab, yang disebabkan penyebab pertama atau punca prima. Dan itulah Tuhan.

Ainu al yaqin
Keyakinan yang dialami oleh orang yang telah melewati tahap pertama, yaitu ilmu al yaqin, sehingga setiap kali dia melihat sesuatu kejadian, tanpa melalui proses sebab akibat lagi dia langsung meyakini akan wujud Allah; sebagaimana ucapan:
Sayyidina Abu Bakar As Siddiq ra.:

مَا رَأَيْتُ شَيْئًا إِلاَّ وَرَأَيْتُ اللهَ فِيْهِ

"Tiadalah aku melihat sesuatu, kecuali aku melihat Allah pada sesuatu tersebut"
Ucapan Sayyidina Umar bin Khattab ra.:

مَا رَأَيْتُ شَيْئً إِلاَّ وَرَأَيْتُ اللهَ قَبْلَهُ

"Tiadalah aku melihat sesuatu, kecuali aku melihat Allah sebelumnya"

Ucapan Sayyidina Usman bin Affan ra.:

مَا رَأَيْتُ شَيْئًا إِلاَّ وَرَأَيْتُ اللهَ بَعْدَهُ
"Tiadalah aku melihat sesuatu, keculai aku melihat Allah sesudahnya".

Ucapan Sayyidina Ali bin Abi Thalib ra.:

مَا رَأَيْتُ شَيْئًا إِلاَّ وَرَأَيْتُ اللهَ مَعَهُ
"Tiadalah aku melihat sesuatu, kecuali aku melihat Allah beserta sesuatu tersebut".

Haqqul yaqin
Adalah keyakinan dimiliki oleh orang yang telah menyadari bahwa alam semesta ini pada hakekatnya adalah bayangan dari Penciptanya, sehingga dia dapat merasakan wujud yang sejati itu hanyalah Allah, sedangkan lainnya hanyalah bukti dari wujud yang sejati tersebut, yaitu Allah swt.
Tingkatan keyakinan ini menurut para ulama terbagi menjadi tiga tingkatan. 

Pertama adalah tingkatan `ilmu yaqin :
Tingkatan `ilmu yaqin ini adalah tingkatan keyakinan seseorang yang berasal dari pengetahuan yang tidak akan goyah dengan pendapat atau gangguan apapun. Keyakinan ini layaknya pohon yang memiliki akar sangat kuat, sehingga pohon itu tak bergeming ketika diterpa oleh angin bertubi-tubi. Hal ini seperti ucapan Ali bin Abu Thalib di atas, yang menunjukkan keyakinannya tidak akan goyah dengan apapun. Begitu juga sahabat Nabi, Haritsah bin an-Nu’man yang memiliki keyakinan kuat. Suatu ketika Nabi Saw bertanya kepadanya, “Bagaimanakah keadaanmu hari ini wahai Haritsah?” Beliau ra menjawab, “Aku berada di hari ini benar-benar dalam keadaan beriman.” Lalu Nabi Muhammad Saw bersabda, “Perhatikanlah ucapanmu itu, sesungguhnya setiap kebenaran memiliki hakikat.’ ‘Maka apakah hakikat imanmu?” Beliau ra menjawab, “Nafsuku telah jemu terhadap dunia, maka bagiku setara antara emas, batu, miskin dan kaya.’ ‘Karena itu aku bejaga di malam hari, dan puasa di siang hari.’ ‘Seakan-akan kulihat arys Tuhanku secara nyata, kulihat penduduk surga saling berkunjung dan mendapat nikmat di dalam surga dan penduduk neraka berkerumun lalu mendapat azab di dalam neraka.” Mendengar jawaban Haritsah, Nabi Muhammad Saw bersabda, “Haritsah adalah seorang hamba yang hatinya diberi cahaya oleh Allah.’ ‘Kau telah mengetahuinya maka pertahankanlah.” Karena keyakinannya kuat maka mari kita lihat apakah harapan Haritsah? Beliau ra berkata, “Wahai Rasulullah, mintakanlah kepada Allah agar aku mendapatkan mati syahid.” Maka beliau Saw mendoakannya, dan doa beliau Saw diterima oleh Allah. Haritsah termasuk sahabat yang pertama kali syahid pada waktu perang uhud. Ketika ibu haritsah mendengar berita kematian anaknya, ia bergegas menuju Nabi Muhammad Saw dan bertanya, “Wahai Rasulullah, beritahukanlah kepadaku tentang anakku Haritsah.’ ‘Jika ia berada di surga aku tak akan menangis atau meratap.’ ‘Tetapi jika ia berada dalam tempat yang lain, maka aku akan menangis selama aku hidup di dunia ini.” Maka Rasulullah Saw bersabda, “Apakah kau tak memahami wahai ibu Haritsah?’ ‘Sesungguhnya surga itu memiliki banyak tingkatan, dan sesungguhnya anakmu telah mencapai surga Firdaus yang tertinggi.” Maka ibu Haritsah kembali dengan tersenyum sambil berkata, “Beruntung, beruntunglah engkau wahai Haritsah.” (Hadits Riwayat Baihaqi)

Kedua adalah tingkatan `ainul yaqin :
yaitu tingkatan keyakinan seseorang yang telah menyaksikan apa yang selama ini ia yakini melalui ilmunya. Contohnya seperti sebuah peristiwa yang disampaikan oleh Abdullah bin Abbas. Beliau menceritakan bahwa pada suatu ketika terjadi gerhana matahari pada masa Rasulullah Saw. Lalu beliau Saw melakukan shalat bersama para sahabatnya. Beliau berdiri lama sepanjang bacaan surat al-Baqarah. Usai shalat beliau berbalik, sedang matahari telah nampak. Beliau Saw bersabda, “Sesungguhnya matahari dan bulan merupakan tanda-tanda kekuasaan Allah.’ ‘Tiadalah gerhana terjadi karena kematian dan kehidupan seseorang.’ ‘Karena itu, jika kalian melihatnya, maka sebutlah Allah” Para sahabat bertanya, “Wahai Rasulullah, kami melihatmu mengambil sesuatu di tempat berdirimu ini, lalu kami melihatmu mundur ke belakang.” Beliau bersabda, “Sesungguhnya aku melihat surga, maka aku berusaha mengambil seikat buah-buahan.’ ‘Jika aku mengambilnya, niscaya kalian akan dapat memakannya selama dunia ini masih ada.’ ‘Dan aku juga melihat neraka.’ ‘Tak pernah kulihat pemandangan yang lebih menyeramkan dari pemandangan hari ini.’ ‘Aku melihat kebanyakan penghuninya adalah wanita.” Para sahabat bertanya, “Mengapa demikian, wahai Rasulullah?” Beliau menjawab, “Karena pengingkaran mereka”. Beliau Saw ditanya, “Apakah mereka mengingkari Allah?” Nabi menjawab, “Mereka mengingkari suami, dan perbuatan baik.’ ‘Seandainya engkau berbuat baik kepada salah seorang di antara mereka sepanjang waktu, lalu dia melihat suatu kekurangan darimu, niscaya dia akan mengatakan, “Aku tidak pernah melihat kebaikan sedikitpun darimu.”

Ketiga adalah tingkatan haq al-yaqin :
tingkatan ini adalah kedudukan ketika seseorang merasakan kehadiran sesuatu yang selama ini ia yakini. Inilah pencapaian keyakinan yang tertinggi yang telah dicapai oleh para Rasul dan Nabi. Mereka menerima wahyu dari Allah, berdialog dengan Allah. Mereka juga berinteraksi dengan para malaikat Allah, atau bahkan bertemu dengan Allah. Contohnya adalah peristiwa mi’raj yang dialami oleh Rasul Saw dan dialog yang terjadi di dalamnya. Pencapaian yang tertinggi ini menutup segala celah keraguan di dalam hati seseorang. 
Seorang ulama menjelaskan tingkatan keyakinan di atas dengan contoh yang sangat sederhana dan mengena. Ia menjelaskannya sebagai berikut:
Jika kita menyambut kedatangan rombongan haji yang datang dari Mekah. Lalu setiap orang yang datang mengatakan bahwa di Mekah terdapat Ka’bah. Mungkinkah kita meragukan keberadaan Ka’bah di Mekah? Tentu saja tidak mungkin kita meragukannya. Bagaimana mungkin seluruh rombongan itu sepakat dalam kedustaan? Pada saat itu kita merasakan keyakinan akan keberadaan Ka’bah di Mekah. Dan keyakinan kita tak mungkin digoyahkan oleh pendapat-pendapat lain, walaupun kita belum pernah menyaksikannya. Seperti inilah tingkatan `ilmu yaqin. Lalu ketika kita mendapat kesempatan untuk menunaikan ibadah haji, maka kita pergi ke Mekah dan kita menyaksikan langsung keberadaan Ka’bah dengan mata kepala kita sendiri. Maka lebih kuatlah keyakinan kita. Dan seperti inilah kedudukan `ain al-yaqin. Setelah semua itu, kita mendekati Ka’bah lalu menyentuhnya, maka pada posisi ini kita telah merasakan keberadaan Ka’bah. Dan seperti itulah mereka yang telah mencapai kedudukan haq al-yaqin.


 http://darulhidayahku.blogspot.com/2010/05/ilmu-yaqin-ainul-yaqin-dan-haqqul.html

Monday, December 27, 2010

SALAM HIKMAH DALAM HIKMAH (1)

SAYIDINA ALI KARAMALLAHU WAJHAH :

1. Cukuplah bila aku merasa mulia karena Engkau
sebagai Tuhan bagiku dan cukuplah bila aku
bangga bahawa aku menjadi hamba bagiMu.
Engkau bagiku sebagaimana yang aku cintai,
maka berilah aku taufik
sebagaimana yang Engkau cintai.

2. Hendaklah kamu lebih memperhatikan tentang
bagaimana amalan itu diterima daripada banyak
beramal, kerana sesungguhnya terlalu sedikit
amalan yang disertai takwa. Bagaimanakah
amalan itu hendak diterima?

3. Janganlah seseorang hamba itu mengharap
selain kepada Tuhannya dan janganlah dia takut
selain kepada dosanya.

4. Tidak ada kebaikan ibadah yang tidak ada
ilmunya dan tidak ada kebaikan ilmu yang tidak
difahami dan tidak ada kebaikan bacaan kalau
tidak ada perhatian untuknya.

5. Ilmu itu lebih baik daripada harta. Ilmu menjaga engkau dan
engkau menjaga harta. Ilmu itu penghukum (hakim) dan harta
terhukum. Harta itu kurang apabila dibelanjakan tapi ilmu
bertambah bila dibelanjakan.

6. Kecantikan bukan terletak pada pakaian yang dipakai tetapi ia
bergantung kepada keelokan akhlak dan budi pekerti. -

8. Alangkah buruknya kepapaan, kalau aku mengadu aku malu,
kalau aku berdiam diri aku binasa

7. Hanya lidah yang mahu berdusta dan berbohong. Namun
pandangan mata, hayunan kedua belah tangan, langkah kedua
belah kaki dan pergerakan tubuh atau seluruh anggota badan
akan menafikan apa yang diucapkan oleh lidah

Tuesday, December 21, 2010

MINHAJUL ABIDIN

PETUNJUK JALAN MENUJU IBADAH

ILMU
Mempelajari ilmu krn Allah itu suatu kebaikan.....,
Menuntut ilmu itu suatu ibadah .....,
Mengkaji ilmu itu suatu tasbih.....,
Menanyakan mengenai sesuatu ilmu itu suatu jihad di jalan Allah....,
Mengajarkan ilmu kpd org yang jahil suatu sedekah....,
Memberi ilmu kpd org yg berhak merupakn suatu perbuatan yg menghampirkn diri kepada ALLAH....,
ilmu itu juga "teman ketika kesunyian ".....,
ilmu menunjukkan apa yang patut disukai dan apa yang patut dibenci ......,
ilmu menyuluh jalan menuju kesyurga......,
ilmu mencelikkan mata hati yang buta.....,
ilmu menerangkan mata hati yang gelap.....,
ilmu menguatkan jasmani yang lemah.....,
ilmu menyampaikan seseorang kepada martabat abrar......,
ilmu meninggikan darjat seseorang..... ,
memikirkan mengenai ilmu menyamai berpuasa setiap hari....,
mengkaji ilmu menyamai beribadah semalaman.....,
dengan ilmu ALLAH ditaati......,
dengan ilmu diketahui haram dan halal....,
dengan ilmu amalan menjadi betul.....,
dengan ilmu diperolehi kemenanagan akhirat....,
dan dengan ilmu seseorg itu terlepas drpd api neraka jahanam!

Monday, November 15, 2010

AWALUDDIN MAKRIFATULLAH


Islam adalah iman , ilmu dan amal .
Iman adalah persoalan aqidah atau ketuhanan.
Ilmu dan amal pula, ada yang berbentuk lahiriah dan ada yang berbentuk
batiniah atau rohaniah.

Bertolak dari aqidah, maka timbullah keperluan untuk beribadah sama
ada ibadah lahir mahupun ibadah batin. Setelah Tuhan dikenali,
dicintai dan ditakuti, maka akan terdoronglah kita untuk menyembah dan
mengagungkan- Nya dan untuk mengabdikan diri kepada-Nya. Akan
terdoronglah kita untuk melaksanakan segala suruhan dan meninggalkan
segala larangan-Nya. Akan terdoronglah kita untuk patuh dan taat
kepada-Nya. Akan terdoronglah kita untuk berjuang dan berkorban
kerana-Nya.


Ilmu lahiriah ialah ilmu feqah yang bersangkut paut dengan amalan
lahir. Ilmu batiniah atau rohaniah pula ialah ilmu tasawuf yang
bersangkut paut dengan amalan hati. Amalan sama ada yang lahir atau
yang batin mestilah didorong oleh aqidah. Ia mesti didorong oleh rasa
cinta dan takut kepada Allah . Barulah amalan itu akan bermakna dan
akan mempunyai erti dan maksud yang betul. Amalan adalah jalan, kaedah
atau cara untuk membukti dan merealisasikan rasa cinta dan rasa takut
kita kepada Allah.

Bila Allah sudah dikenali, barulah kita betul-betul boleh
mempraktikkan atau melaksanakan agama. Barulah Allah itu menjadi
matlamat dan tumpuan ibadah dan pengabdian kita. Barulah amalan kita
itu ada tempat tujunya. Barulah akan terjalin dan tercetus hubungan
antara hamba dengan Tuhannya. Dalam beragama, kenal Allah itu perkara
pokok yang mesti didahulukan. Selepas itu baru timbul soal amalan. Ini
sesuai dengan hadis yang bermaksud : "Awal-awal agama mengenal Allah"
 
Amalan agama yang tidak didahului oleh rasa cinta dan rasa takut
kepada Allah sudah tentu tidak akan membawa kita kepada-Nya. Sudah
pasti ia didorong oleh perkara-perkara dan kerana-kerana yang lain.
Mungkin kerana mahukan Syurga. Mungkin kerana takutkan Neraka. Mungkin
kerana mahukan pahala dan fadhilat. Walaupun tujuan-tujuan ini tidak
salah kerana ianya sebahagian dari janji-janji Tuhan, tetapi maqamnya
terlalu rendah. Justeru itu hasil dan manfaat dari ibadah seperti ini
juga adalah rendah.


Ibadah yang didorong oleh perkara-perkara seperti ini, walaupun
banyak, tidak akan dapat mengubah akhlak dan peribadi kita. Ia tidak
akan menimbulkan rasa bertuhan dan rasa kehambaan di dalam hati kita.
Kerana itu, ia tidak akan mampu menyuburkan sifat-sifat mahmudah dan
membakar sifat-sifat mazmumah yang bersarang di hati kita. Ini kerana
Tuhan tidak dilibatkan dan tidak dijadikan matlamat dalam ibadah kita.
Kalau Tuhan tidak dilibatkan, maka hati akan kurang berperanan kerana
hati itu wakil Tuhan. Ibadah yang tidak ada Tuhan ini sudah tentu
tidak ada rohnya
, tidak ada rasanya dan tidak ada khusyuknya. Bila
hati tidak berperanan, maka tidak akan ada penghayatan dan penjiwaan
dalam ibadah.

Tambahan pada itu ibadah kerana hendakkan Syurga, pahala dan fadhilat
dan kerana takutkan Neraka ini ada risikonya. Disebabkan Tuhan dan
hati tidak dilibatkan sama dalam ibadah seperti ini, maka ibadah ini
tidak ada kekuatannya. Lama kelamaan, ia akan dicelahi dengan rasa
bosan dan jemu. Sukar hendak diistiqamahkan. Ia juga mudah dihinggapi
penyakit riyak, ujub dan sum'ah. Ini semua akan memusnahkan pahala
ibadah. Lebih-lebih lagilah kalau tujuan dan niat ibadah itu adalah
untuk dipuji, untuk disanjung, untuk mendapat nama dan glamour, untuk
menunjuk-nunjuk dan kerana sebab-sebab lain yang berbentuk duniawi.
Sudah tentulah ia tidak ada nilai apa-apa. Malahan ibadah seperti ini
akan Allah lemparkan semula ke muka pengamalnya berserta dengan
laknat-Nya sekali. Ibadah seperti ini tidak akan mendekatkan seseorang
itu dengan Allah. Malahan dia akan bertambah jauh dari Allah. Dia
berbuat maksiat dan kemungkaran dalam ibadahnya. Lagi banyak dia
beribadah, lagi dia rasa sombong, angkuh, riyak, ujub, rasa diri
mulia, rasa diri baik dan sebagainya
. Lagi banyak dia beribadah, lagi
dia pandang orang lain hina, jahat dan tidak berguna.

Beramal dalam Islam ada tertibnya. Ada urutan dan susunannya. Ada
"progression" nya dari satu tahap ke tahap yang lebih tinggi. Ia
bermula dengan Syariat , kemudian dengan Tariqat , diikuti pula dengan
hakikat dan diakhiri dengan Makrifat .

Syariat.
Ini adalah ilmu sama ada ilmu bagi amalan, lahir (feqah) atau ilmu
bagi amalan hati (tasawuf). Ini adalah langkah pertama dalam tertib
beramal. Ia melibatkan ilmu tentang peraturan, hukum-hakam, halal
haram, sah batal dan sebagainya. Ilmu perlu dalam beramal. Tanpa ilmu,
kita tidak tahu macam mana hendak beramal mengikut cara yang Tuhan
mahu. Kalaupun kita sudah cinta dan takut dengan Tuhan dan kita
terdorong untuk menyembah-Nya, kita tidak boleh berbuat demikian ikut
sesuka hati kita atau ikut cara yang kita cipta sendiri. Tuhan tidak
terima, kita mesti ikut cara yang ditetapkan oleh Islam, kita mesti
belajar. Amalan tanpa ilmu itu tertolak. Ilmu atau syariat ini ibarat
biji benih.

Tariqat
.
Ini adalah peringkat menghidupkan ilmu menjadi amalan sama ada amalan
lahir mahupun amalan hati secara istiqamah dan bersungguh-sungguh.
Ilmu (syariat) yang ada perlu dilaksanakan. Ini dinamakan juga tariqat
wajib dan ia tidak sama maksudnya dengan tariqat sunat yang
mengandungi wirid-wirid dan zikir-zikir yang menjadi amalan sesetengah
pengamal-pengamal sufi. Tariqat ini ibarat kita menanam biji benih
tadi (syariat) hingga ia bercambah, tumbuh dan menjadi sebatang pokok
yang bercabang dan berdaun.

Hakikat.

Hakikat adalah buah. Selepas kita ada syariat, kemudian kita amalkan
syariat itu hingga ia naik ke peringkat tariqat, yakni ia menjadi
sebatang pokok yang bercabang dan berdaun, maka kalau cukup
syarat-syaratnya maka pokok itu akan menghasilkan buah. Buah tariqat
adalah akhlak dan peningkatan peringkat nafsu atau pencapaian
maqam-maqam mahmudah. Boleh jadi ia menghasilkan maqam sabar , maqam
redha , maqam tawakkal , maqam tawadhuk , maqam syukur dan
berbagai-bagai maqam lagi. Boleh jadi hanya terhasil satu maqam sahaja
(sebiji buah sahaja) atau boleh jadi akan terhasil beberapa maqam yang
berbeza dari satu pokok yang sama. Hakikat adalah perubahan jiwa atau
perubahan peringkat nafsu hasil dari syariat dan tariqat yang dibuat
dengan faham dan dihayati.

Makrifat .
Ini adalah hasil dari hakikat, iaitu hal-hal hakikat yang dapat
dirasai secara istiqamah. Ia adalah satu tahap kemajuan rohaniah yang
tertinggi hingga dapat benar-benar mengenal Allah dan
rahsia-rahsia- Nya. Orang yang sudah sampai ke tahap ini digelar Al
Arifbillah .


Ada pun makrifat itu  ialah mengenal Zat Allah dan  Rasulullah,oleh kerana itulah makrifat dimulakan:- 
1.       Makrifat diri yang zahir. 2.       Makrifat diri yang bathin.3.       Makrifat Tuhan.
Ada pun guna makrifat kerana mencari HAKIKAT iaitu mengenal yang Qadim dan mengenal yang baharu sebagaimana kata:
"AWALUDDIN MAKRIFATULLAH"
Ertinya: Awal ugama mengenal Allah.
Maksudnya mengenal yang mana Qadim dan yang mana baharu serta dapat mengenal yang Qadim dan yang baharu,maka dapatlah membezakan diantara Tuhan dengan hamba. 

dipetik dri forum frum's archiver

Sunday, November 7, 2010

YA ALLAH...jikalau ada jodohku didunia ini

Ya..Rabbi……
Aku tak meminta seseorang yang sempurna
Hingga aku dapat membuatnya sempurna di mataMu
Seseorang yang memerlukan dukunganku sebagai peneguhnya
Seorang yang memerlukan doaku untuk kehidupannya
Seseorang yang memerlukan senyumku untuk mengatasi kesedihannya
Seseorang yang memerlukan diriku untuk membuat hidupnya lebih hidup
Aku tidak mengharap dia semulia Fatimah Radhiyallahuanha, tidak setaqwa Aisyah Radhiyallahuanha ,Pun tidak secantik Zainab Radhiyallahuanha, apalagi sekaya Khodijah Radhiyallahuanha.
Aku hanya mengharap seorang Wanita akhir zaman,
Yang punya cita-cita mengikuti jejak mereka,
Membangun keturunan yang sholeh,
Membangun peradaban, dan membuat Rasulullah shallahu’alaihiwasalam bangga di akhirat
Karena aku sadar aku bukanlahorang yang semulia Abu Bakar Radhiyallahuanhu,
Atau setaqwa Umar Radhiyallahuanhu, pun setabah Ustman Radhiyallahuanhu,
Ataupun sekaya Abdurrahman bin auf Radhiyallahuanhu, setegar zaid Radhiyallahuanhu
Juga segagah Ali Radhiyallahuanhu, apalagi setampan Usamah Radhiyallahuanhu.
Aku hanyalah seorang lelaki akhir zaman yang punya cita – cinta..
Ya…..Rabbii …….
Aku juga meminta, Jadikanlah ia sandaran bagiku
Buatlah aku menjadi Pemuda yang dapat membuatnya bangga
Berikan aku hati yang sungguh mencintaiMu sehingga aku dapat mencintainya dengan sepenuh jiwaku....


http://ainuamri.wordpress.com/

Tuesday, November 2, 2010

Permata Kata

Nasihat sepanjang zaman

Barangsiapa merasa cukup dengan apa yang telah diberikan Allah, maka dia kaya.

Barangsiapa suka memandang harta orang lain, dia akan mati miskin.

Barangsiapa tidak redha (tidak rela) dengan apa yang telah diberikan Allah kepadanya, maka dia telah menentang keputusanNya (qadha’Nya)

Barangsiapa memandang remeh kesalahannya, maka dia akan memandang besar kesalahan orang lain.

Barangsiapa memandang besar kesalahannya, maka dia akan memandang remeh kesalahan orang lain.

Barangsiapa membuka aib orang lain, maka aib keturunannya akan tersingkap.

Barangsiapa menggali lubang untuk mencelakakan saudaranya, maka dia sendiri akan terjerumus ke dalamnya.

Barangsiapa bergaul dengan ulama, maka dia akan dimuliakan.

Barangsiapa memasuki tempat-tempat biasa dikunjungi orang-orang bodoh, maka dia akan direndahkan.
Dan barangsiapa memasuki tempat-tempat kemaksiatan, maka dia akan dituduh berbuat maksiat.
http://www.bebe8726.blogspot.com/ 

rumah cinta


Begini ditintakan hadithnya:
Rasulullah (solallah alaihi wasallam) bersabda:
Wahai Aisyah, adakah kamu tahu, sesungguhnya Allah telah menunjukkan kepadaku sebuah nama yang bila disebut dalam doa pasti doa itu diperkenankan?”

Aisyah menjawab:” Demi ayah dan ibuku, wahai Rasulullah tolong ajarkan kepadaku..”
Nabi solallah alaihi wasallam bersabda: “ Perkara itu belum layak untukmu wahai Aisyah..”

Aisyah Berkata: Maka aku pun menjauhi dan duduk beberapa ketika.
Kemudian aku bangkit dan kucium kepala beliau, lalu aku berkata: “Wahai Rasulullah…tolong ajarkan kepadaku…”

Beliau kembali menjawab: “Perkara itu belum layak untukmu. Belum saatnya aku mengajarkannya kepadamu wahai Aisyah, kerna nama itu tidak layak kamu gunakan untuk meminta perkara duniawi”

Aisyah berkata: Maka aku pun bangkit dan mengambil wudhu, lalu aku solat dua rakaat. Setelah itu, aku berucap, “ Ya Allah, aku menyeru-Mu dengan nama Allah, menyeru-Mu dengan nama Ar-Rahman (Yang Maha Pengasih), menyeru-Mu dengan nama Al-Barr Ar-Rahim (Yang Maha Dermawan, Yang Maha Penyayang) Aku juga menyeru-Mu dengan semua nama-nama-Mu yang baik yang ku ketahui dan yang tidak ku ketahui, agar engkau mengampuniku dan merahmatiku…”

Aisyah berkata: Maka Rasulullah solallah alaihi wasallam tersenyum dan bersabda:
“Sesungguhnya nama itu ada dalam nama-nama yang kamu ucapkan tadi.”
(HR Ibnu Majah dari Saidatina Aishah (radhiyallahu anha)

Subhanallah walhamdulillah. Indahnya akhlaq dan rumah cinta Rasulullah (solalallah alaihi wasallam).
http://pondokhabib.wordpress.com/2010/11/02/rumah-cinta/ 

Thursday, October 28, 2010

FINAL KEHIDUPAN - HABIB MUNZIR

MENDIDIK ROH BATIN

Inilah rahsia diri kita yang mesti kita sedari. Bila kita sedar hakikat kejadian kita ini, barulah akan berlaku seperti apa yang disabdakan oleh Rasulullah SAW:Terjemahannya: Barangsiapa yang kenal dirinya, maka dia pasti kenal Tuhannya.

Untuk meningkat ke darjat yang mulia itu, kita mesti berusaha bersungguh-sungguh, berjuang dan berkorban. Siapa sahaja boleh berjaya kalau dapat memenuhi syarat dan cara yang telah ditetapkan iaitu dengan mendidik roh kita kembali mengenal dan mencintai Allah SWT. Caranya ialah mujahadah (berperang) dengan nafsu dan syaitan. Allah berfirman:

Terjemahannya: Wahai orang-orang yang beriman, sabarlah kamu (dalam menegakkan agama Allah) dan sabarlah kamu dalam perjuangan menghadapi musuh (hawa nafsu) dan tetap teguhlah kamu (dalam barisan perjuangan) dan bertakwalah kamu kepada Allah moga-moga kamu mendapat kemenangan. (Ali Imran: 200)

Antara nafsu yang mesti diperangi ialah sifat mementingkan diri sendiri, tamak, gila dunia, kedudukan dan kehormatan diri. Itu semua ialah penghalang yang cukup kuat untuk kita mendapat hakikat (amalan batin) juga sebagai hijab yang menghalang kita dari mendapat sifat kerohanian sebab ia merasakan diri sebagai tuan. Supaya diyakini, di sini ada satu kisah benar pengalaman seorang wali bernama Yazid Bustami:
Satu hari datang pada Yazid Bustami seorang temannya untuk mengadu: “Saya telah berpuasa setiap hari dan bersembahyang setiap malam selama 30 tahun tetapi tidak juga memperolehi keringanan batin seperti yang engkau ceritakan.”
Yazid Bustami pun memintas, “Kalaupun engkau bersembahyang dan berpuasa selama 300 tahun, engkau pasti tidak dapat menemukannya.”
“Kenapa?” Tanya temannya. Jawab Yazid, “Sifatmu yang mementingkan diri sendiri dan tamak menjadi penghalang dan hijab antara engkau dengan Allah.”
Teman itu lantas bertanya, “Katakanlah pada ku apakah ubatnya?”
“Ada ubatnya,” kata Yazid, “tetapi engkau tidak akan sanggup melakukannya. "
Setelah dipaksa oleh temannya Yazid pun berkata:
“Pergilah ke kedai gunting yang terdekat dan guntinglah janggutmu. Bukalah sendiri bajumu kecuali ikat pinggang yang melingkari pinggangmu. Ambillah karung yang biasa di isi makanan kuda, isilah buah kenari dan gantungkanlah karung itu di lehermu. Kemudian pergilah ke pasar sambil menangis, laungkanlah begini: “setiap kanak-kanak yang memukul batang leherku akan dapat sebiji kenari! " Selanjutnya pergilah ke tempat persidangan kadi, hakim dan ahli hukum, katakanlah kepada mereka: “Selamatkanlah jiwaku.”
Teman itu berkata, “Sungguh aku tidak sanggup berbuat begitu. Berilah cara pengubatan yang lain.”
Yazid berkata, “Yang aku ceritakan tadi adalah cara pengubatan pendahuluan yang sangat perlu dilakukan untuk mengubati penyakitmu. Tapi sebagaimana yang aku katakan tadi, engkau tidak dapat disembuhkan lagi.”
Yazid Bustami seorang wali Allah yang mukasyafah dapat membaca hati (rahsia batin) temannya yang berjuang untuk nama, pangkat dan sanjungan manusia. Sebab itu beliau (Yazid) perintahkan sahabat itu bermujahadah dengan nafsunya itu dengan cara menghina diri di pasar dan mengaku jahat di hadapan kadi dan hakim. Perintah itu memang berat, tetapi pada Yazid tiada jalan lain lagi. Itulah cara mujahadatunnafsi yang mesti. Begitulah pentingnya mujahadatunnafsi kepada siapa sahaja yang ingin meningkatkan kerohaniannya. Selagi nafsu itu tidak dapat dipatahkan, selama itulah roh tidak akan suci dan bersih. Dan kalau roh tidak bersih, Allah tidak akan memasukkan taufik ke dalam hati yang kotor. Sebab benda yang berharga Allah akan letak di tempat yang mulia.

Roh umpama wadah. Kalau ia kotor taufik tidak akan masuk. Kalau tiada taufik, roh kita akan terhijab dan kita tidak akan dapat meningkatkan kerohanian (amalan batin) ke taraf kerohanian yang tinggi. Dan tanpa kerohanian, hati (roh) tidak akan selamat dari penyakit-penyakit mazmumah. Firman Allah:

Terjmahannya: Hari Qiamat ialah hari di mana anak dan harta tidak dapat memberi manfaat kecuali mereka yang menghadap Allah membawa hati yang selamat sejahtera. (Asy-Syuara’: 88-89)

Amalan lahir seperti sembahyang, puasa, walaupun dilakukan sepanjang hari dan setiap malam sembahyang tahajjud (seperti cerita di atas), berjihad, berkorban, belajar, menutup aurat dan lain-lain, tidak akan dapat menjamin selamatnya hati. Apa yang menjamin selamatnya hati ialah mujahadatunnafsi. Inilah amalan batin yang wajib kita lakukan.

Suatu hari di dalam kuliahnya, seorang ulama sufi, Bisyulhafi bercerita kepada muridnya bahawa, beristeri ramai itu tidak menafikan zuhud. Salah seorang muridnya yang mengetaui bahawa gurunya tidak pernah berkahwin, lalu bertanya:
“Tuan, kalau begitu kenapa tuan tidak berkahwin? Bukankah menyalahi sunnah?”
Bisyulhafi pun menjawab, “Aku tidak sempat melakukan sunnah itu kerana sibuk. Sibuk melakukan perkara yang lebih fardhu yang belum selesai iaitu mujahadatunnafsi.” Begitu pandangan ahli sufi tentang pentingnya mujahadatunnafsi. Mereka tidak pernah rehat memerhatikan perjalanan nafsu dan syaitan, supaya nafsu dan syaitan itu sentiasa dapat diperangi dan dikalahkan untuk menghambakan diri pada Allah SWT. Dan kita, kalau mahu berjumpa Allah dengan selamat, itulah juga jalannya. Tanpa jalan ini, kita dapat juga berjumpa Allah (kerana kita semua akan mati) tetapi dalam keadan susah-payah dan hina-dina, wal ‘iyazubillah.
Jalan keselamatan itu ialah melakukan mujahadatunnafsi. Kita mesti bermujahadah atas semua mazmumah (penyakit hati yang dihidupkan oleh nafsu) setiap kali ia menyerang kita. Penyakit hati ini ialah semua sifat batin yang bertentangan dengan amalan batin yang saya bahagikan kepada dua iaitu:

1. Penyakit hati terhadap Allah. 2. Penyakit hati terhadap manusia.
Antara penyakit hati terhadap Allah:
1. Tidak khusyuk beribadah
2. Lalai dari mengingati Allah
3.Tidak yakin dengan Allah
4.Tidak ikhlas dengan Allah
5.Tidak takut pada ancaman Allah
6.Tidak harap pada rahmat Allah
7.Tidak redha akan takdir Allah
8.Tidak puas dengan pemberian Allah
9.Tidak sabar atas ujian Allah
10.Tidak syukur atas nikmat Allah
11 Tidak terasa diawasi Allah
12.Tidak terasa hebatnya Allah
13.Tidak rindu dan cinta dengan Allah
14.Tidak tawakal pada Allah
15.Tidak rindu pada syurga dan tidak takut pada neraka
16. Gila dunia, buang masa dengan sia-sia
17.Penakut (takut pada selain Allah)
18.Ujub Riak Gila puji dan kemasyhuran

Manakala penyakit hati (mazmumah) terhadap manusia:
1.Benci membenci
2.Rasa gembira kalau dia mendapat celaka dan
3.rasa sedih kalau dia berjaya Mendoakan kejatuhannya
4.Tidak mahu minta maaf dan tidak memaafkan kesalahannya
5.Hasad dengki Dendam
6.Bakhil Buruk sangka
7.Tidak bertolak ansur
8.Tidak bertimbang rasa
9.Tidak tolong-menolong
10.Degil dan keras hati
11.Mementingkan diri sendiri
12.Sombong
13.Tidak sabar dengan ragam manusia
14.Memandang hina kepada seseorang
15.Riak
16.Ujub
17.Rasa diri bersih
18.Tamak

  aku copy paste dari
http://pertahanandiri.blogspot.com/2010/04/inilah-rahsia-diri-kita-yang-mesti-kita.html 

Wednesday, October 27, 2010

Wanita Solehah Pilihan Terbaik Calon Isteri

RASULULLAH saw bersabda, yang bermaksud: “Dunia ini penuh perhiasan dan perhiasan paling indah ialah wanita solehah.” (Hadis riwayat Muslim).

Berdasarkan al-Quran, wanita digambarkan dengan tiga fungsi penting.

Pertama, wanita dianggap sebagai fitnah dan musuh andainya tidak dididik dan diasuh serta dibentuk menurut acuan Islam.

Kedua, wanita juga ujian bagi seseorang lelaki dalam menerajui bahtera kehidupan ke arah kebahagiaan.

Ketiga, wanita adalah anugerah Ilahi yang istimewa kepada lelaki yang mencari kemesraan dan kebahagiaan hidup.

Rasulullah bersabda yang bermaksud: “Ada empat wanita mulia yang juga penghulu segala wanita di dunia.
“Mereka ialah Asiah binti Muzahim, isteri Firaun; Maryam binti Imran, ibunda Isa; Khadijah binti Khuwailid, isteri Rasulullah saw dan Fatimah binti Muhammad,” (Riwayat Bukhari)

Asiah adalah simbol teladan bagi wanita beriman yang tetap mempertahankan keimanannya kepada Allah, meskipun hidup sebumbung bersama suaminya, Firaun yang tidak beriman kepada Allah.

Maryam pula simbol wanita dalam ibadatnya dan ketinggian darjat ketakwaannya kepada Allah serta mampu memelihara kesucian diri dan kehormatannya ketika mengabdikan dirinya kepada Allah.

Khadijah pula simbol isteri setia tanpa mengenal penat lelah mendampingi suaminya menegakkan panji-panji kebenaran Islam, berkorban jiwa dan harta bendanya serta rela menanggung pelbagai risiko dan cabaran dalam menyebarkan risalah Islam yang diamanahkan pada bahu Rasulullah.





Kriteria kesolehan isteri penting dalam kehidupan berkeluarga kerana sifat itu, selain dituntut Islam, juga bakal menjamin kerukunan dan kebahagiaan rumah tangga.


Dalam hal ini, Rasulullah bersabda maksudnya: “Janganlah kamu nikahi wanita kerana kecantikannya, kelak kecantikannya itu akan membinsakannya; janganlah kamu nikahi wanita kerana hartanya, boleh jadi hartanya akan menyebabkan kederhakaanmu; sebaliknya nikahilah wanita yang beragama.

“Sesungguhnya wanita yang tidak berhidung dan tuli tetapi beragama, itu adalah lebih baik bagimu.” (Riwayat Abdullah ibn Humaid).
Jelas di sini, aspek keagamaan dalam diri seseorang calon isteri adalah penentu hala tuju sesebuah rumah tangga. Ini kerana dengan agama yang bertapak kukuh dalam jiwanya, dia pasti akan taat kepada suaminya dalam semua perkara yang tidak bertentangan dengan perintah Allah dan tidak mendatangkan mudarat kepadanya.

Isteri solehah juga akan bersifat amanah terhadap harta benda suaminya, di samping menjaga maruahnya. Ketika ketiadaan suaminya, seorang isteri solehah memelihara dirinya dan maruahnya seperti tidak boleh keluar rumah tanpa izinnya, tidak boleh menerima tetamu yang tidak dikenali dan sebagainya.

Ketaatan dan sifat beramanah seorang isteri solehah ini banyak dijelaskan oleh firman Allah yang bermaksud: “… perempuan yang solehah mestilah taat dan memelihara kehormatan dirinya ketika ketiadaan suaminya dengan perlindungan Allah…” (Surah an-Nisaa’, ayat 34)

Isteri solehah juga adalah isteri yang sentiasa menyempurnakan keperluan suaminya, di samping memelihara keredaannya pada setiap masa. Ini kerana keredaan suami menjadi anak kunci utama yang melayakkannya menjadi penghuni syurga penuh kenikmatan.

Apa yang paling penting ialah isteri solehah adalah pendidik dan pengasuh terbaik kepada anaknya, selain penyejuk hati ibu bapa, biarpun ibu bapanya sudah meninggal dunia, melalui sedekah doa dan amalan kepada kedua-dua orang tuanya.

Dengan agamanya itu, seseorang ibu akan mewariskan segala ilmu agamanya kepada anaknya agar mereka kelak akan menjadi anak soleh dan taat, bukan saja kepada ibu bapa, bahkan taat kepada Allah.

Pengetahuan agama dan nilai solehah inilah menjadi ramuan terbaik yang boleh melenturkan peribadi anak, perhiasan akhlak terpuji, mengisi minda dan hati anak dengan keimanan dan ketakwaan serta membimbing kehidupan ke arah keredaan Ilahi.

Sesungguhnya, fungsi seorang wanita yang bertindak sekali gus sebagai isteri dan ibu solehah dalam sesebuah institusi keluarga, begitu besar.

Justeru, Allah menganugerahkan ganjaran syurga bagi wanita solehah yang beriman dan benar-benar melaksanakan tanggungjawabnya sebagai seorang isteri dan ibu dalam kehidupan sehariannya.

Sabda Rasulullah yang bermaksud: “Sebaik-baik wanita itu ialah wanita yang melahirkan anak, yang penyayang; yang memelihara kehormatannya; yang mulia pada kaca mata ahli keluarganya; yang menghormati suaminya; menghiaskan dirinya hanya untuk suaminya tercinta; memelihara diri daripada pandangan orang lain; yang mendengar kata-kata suaminya dan mentaati segala perintahnya.

“Apabila bersama suaminya, dia memberikan apa saja yang diperlukan suaminya dan dia tidak pula menolak ajakannya; serta tidak merendah-rendahkan atau menghina kedudukan suaminya di hadapan orang lain.” (Riwayat Al Tausi).

Friday, October 22, 2010

Kata-kata hikmah

Kata-kata hikmah penting untuk kekuatan diri bagi merek yang inginkan kejayaan... sesungguhnya org yang berjaya ialah mereka yang belajar dari kesilapan diri ataupun orang lain.

Berjayalah orang-orang beriman iaitu mereka yang khusyuk dalam sembahyangnya dan mereka yang menjauhkan diri daripada perbuatan dan perkataan yang sia-sia.
( Al-Mu’minun :1-3 )

Allah tidak melihat rupa dan kekayaan anda Allah melihat hati dan amal anda.
(Hadis Nabi)

Penawar yang paling mujarab ialah rajin.
(Iman Ghazali 1058 - 1111)

Tiap-tiap bertambah ilmuku akan bertambah pula keinsafan bahawa terlalu banyak yang aku tidak tahu.
(Iman Syafie 767 – 820 m )

Demi kejayaan rebutlah lima masa;
Mudamu sebelum tua,
Sihatmu sebelum sakit,
Kayamu sebelum fakir,
Lapangmu sebelum sibuk,
Hidupmu sebelum mati.
(Hadis Nabi Riwayat AL-Bukhari 194 – 256 H)

Fikiran hanya tumbuh kalau dipergunakan dan surut kalau dibiarkan menganggur.
(Iman Syafie 767 – 820 M)

Tanpa disiplin yang tinggi seseorang itu terdedah kepada penyimpangan matlamat.
(Tun Hussein Onn 1922 – 1990 )

Rahsia kejayaan ialah ketekalan tujuan.
(Benjamin Disraeli 1804 – 1881)

Take a moment now to dream and to think what you really want for your life.
(Anthony Robbins 1986 - )

Tidak ada yang mustahil bagi yang berani mencuba.
(Iskandar Zulkarnain 356 – 323 sama)

Jika matlamat anda jelas anda boleh mencapainya dengan mudah.
(Lao Tzu 604 – 531 sama)

Belajar tanpa berfikir adalah sia-sia ; berfikir tanpa belajar adalah berbahaya.
(Confucius 551-479 sama)

Orang yang menyisihkan diri daripada pergaulan tidak akan mencapai kemajuan.
Pergaulan itu mencerdaskan dan menajamkan ingatan.
(Aristotle)

Tidak cukup mempunyai minda yang baik yang penting menggunakannya dengan baik.
(Rene Descartes 1596 – 1650)

Tiada hari yang terlalu panjang bagi mereka yang suka bekerja.
( Seneca Pujangga Rom )

Reading to the mind what exercise is to the body.
(Sir Richard Steele 1672 – 1729)

Jangan biarkan ayam di kepuk mati kelaparan itik di air mati kehausan.
( Aminuddin Baki )

Lebih besar kesulitan yang kita alami lebih besarlah kejayaan yang akan kita capai.
(Marcus Tullius Cicero 106 – 42 sama)

Setiap kerja yang besar itu pada mulanya adalah mustahil.
(Thomas Carlyle)

Sesiapa yang membaca dan mengamalkan apa yang dibaca akan memerintah dunia.
(Napoleon Bonaparte 1769 – 1821)

Minda yang kerdil umpama pokok yang kerdil tidak boleh berbuah dan berbunga.
(Prof Diraja Ungku Aziz 1992 )

Lebih baik mencucuh sebatang lilin daripada mengutuk kegelapan.
(Peribahasa Cina)

Kejayaan tidak boleh diukur dengan kedudukan yang dicapai seseorang tetapi melalui halangan-halangan yang ditempuhi semasa mendaki tangga kejayaan.
(Brooker T. Washington 1856 – 1915)

Memulakan sesuatu itu adalah hebat tetapi menyelesaikannya adalah lebih hebat.
(H.W. Longfellow 1807 – 1882 )

Akar pendidikan memang pahit tetapi buahnya manis.
(Aristotle 384 – 322 sama)

Di mana ada kemahuan di situ ada jalan.
(Pepatah Melayu )

"Jangan berasa rugi hari ini kerana mengeluarkan sedikit modal tetapi anda pandanglah keuntungan besar yang anda akan kecapi esok hari "

"Setiap idea yang buruk akan menjadi terbaik jika diusahakan "

" Kebanyakan orang gagal bukan disebabkan kegagalan itu sendiri tetapi disebabkan
mereka takut gagal "

Ilmu itu didapati dengan lidah yang gemar bertanya dan akal yang suka berfikir.

Kemakmuran dan kesejahteraan hidup akan tercapai apabila manusia menggunakan segala tenaga yang dibekalkan itu dengan niat yang betul dan dengan cara yang tidak bertentangan dengan syariat, maka ianya menjadi ibadat.

Dengan demikian manusia bukan sahaja akan menikmati manfaat di dunia bahkan mendapat balasan yang kekal di akhirat. Manusia seperti ini merupakan makhluk yang menghuni syurga yang mendapat dua hasanah – hasanah di dunia dan hasanah di akhirat.

Wednesday, October 20, 2010

JANGAN KAMU BERSEDIH













Jika anda bersedih,mungkin ini dapat membantu:
Ibnu abbas buta,& untuk menghibur hati dia berkata:
jika Allah sudah mengambil cahaya dari kedua-dua mataku
tetapi di dalam nurani & hatiku masih ada cahaya
Hatiku cerdik & akalku tidaklah bengkok
dimulutku ada yang tajam seperti pedang terhunus.
ketika saudara Duraid,Abdullah meninggal dunia;Duraid berkata:
Aku sudah memukul kuda kerananya hingga sedemikian rupa
hingga nampak padaku warna hitam yang pekat
Pukulan seseorang yang membela saudaranya
namun dia tahu bahawa manusia tidak akan kekal
Aku rendahkan emosiku sebab aku tidak mengatakan padanya
engkau bohong dan aku tidak bakhil atas apa yang ada di genggamanku
imam syafie berkata:
Biarkanlah hari-hari melakukan apa yang dia mahu
dan relakan jiwamu jika qadha sudah ditetapkan
Jika qafha sudah turun di tanah suatu kaum
maka tidak ada yang sanggup mencegahnya,tidak juga bumi dan langit
Abul atahiyyah berkata:
Berapa kali sesuatu yang engkau benci datang mengunjungimu yang Allah turunkan namun engkau tidak menyukainya?
Berapa kali kita takut akan kematian,namun ternyata kematian tidak kunjung tiba?
Berapa kali kita menyangka bahawa apa yang datang kepada kita adalah satu ketentuan dan akhir dari segalanya,namun ternyata itu malah semangat baru,kekuatan dan keselamatan?
Berapa kali kita merasa bahawa jalan yang kita lalui menjepit kita,tali yang kita pegang putus,dan bentabgan cakeralewa yang ada di depan mata kita tiba-tiba menjadi gelap,namun ternyata yang berlaku adalah kemenangan,bantuan,kebaikan dan khabar baik?
“Katakanlah:”Allah menyelamatkan kamu dari bencana itu & dari pelbagai kesusahan”(surah Al-An`am:64)'

Wednesday, October 13, 2010

JAWAPAN KEPAdA PENCAriAN

JAWAPAN DARI WALI ALLAH

Aku Mencari Keberkatan
Keperluan Hidup,
Aku Mendapatinya
Dalam SOLAT DHUHA…
Aku Mencari Penerang
Untuk Alam Kubur,
Aku Mendapatinya
Dalam SOLAT MALAM..,
Aku Mencari Jawapan
Untuk Menjawab Soalan Malaikat,
Aku Mendapatinya
Dalam MEMBACA AL-QURAN…
Aku Mencari Alat
Untuk Berpegang Ketika
Menyeberang Titian Sirat,
Aku Mendapatinya
Dalam PUASA & SEDEKAH…
Aku Mencari
Naungan ‘Arasy,
Aku Mendapatinya
Dalam MENGASINGKAN DIRI
BERIBADAH KEPADA ALLAH TAALA…



WAHAI PUTERI

tidak perlu mencari teman secantik Balqis , andai diri tidak sehebat Sulaiman A.S, tidak perlu seteguh Nabi ALLAH Ibrahim, andai diri tidak sekuat Siti Hajar, mengapa mengharap teman sehensem Yusuf a.s, jika kasih tidak setulus Siti Zulaika, mengapa didampa teman hidup sehebat Saidatina Khadijah, andai diri tidak sesempurna Rasullullah S.A.W

KISAH2 DAN KARYA2 SYEIKH ABDUL QADIR JAILANI



                                                                      jejak ulama'




Syeikh Abdul Qodir Jaelani (bernama lengkap Muhy al-Din Abu Muhammad Abdul Qodir ibn Abi Shalih Zango Dost al-Jaelani) lahir di Jailan atau Kailan tahun 470 H/1077 M, sehingga diakhir nama beliau ditambahkan kata Al Jailani atau Al Kailani atau juga Al Jiliydan.(Biaografi beliau dimuat dalam Kitab Adz Dzail ‘Ala Thabaqil Hanabilah I/301-390, nomor 134, karya Imam Ibnu Rajab Al Hambali). Beliau wafat pada hari Sabtu malam, setelah maghrib, pada tanggal 9 Rabi’ul Akhir di daerah Babul Azajwafat di Baghdad pada 561 H/1166 M.
Dalam usia 8 tahun ia sudah meninggalkan Jilan menuju Baghdad pada tahun 488 H/1095 M. Karena tidak diterima belajar di Madrasah Nizhamiyah Baghdad, yang waktu itu dipimpin Ahmad al-Ghazali, yang menggantikan saudaranya Abu Hamid al-Ghazali.
............................................................................................................................................................................................................................................................................................................................................................................................................................................................................................................................................................

.
Syaikh Abdul Qadir berkata, ”Kalimat tauhid akan sulit hadir pasda seorang individu yang belum di talqin dengan zikir bersilsilah kepada RasulluLlah oleh Mursyidnya saat menghadapi sakaratil maut”.
Karena itulah Syaikh Abdul Qadir selalu mengulang-ulang syair yang berbunyi : Wahai yang enak diulang dan diucapkan (kalimat tauhid) jangan engkau lupakan aku saat perpisahan (maut).









RAHASIA SUFI
(Sirrul Assrar - Karya : Syeikh Abdul Qadir Jailani)




http://www.gagakmas.org/sa/index.html










                                       Futuuhul ghaib


RISALAH 1.....80
http://www.scribd.com/doc/28696370/Futuhul-Ghoib-Mutiara-Karya-Seorang-Sufi-Besar-Sheikh-Abdul-Qadir-Al-Jailani





                     Mutiara Kata : Sheikh Abdul Kadir Jailani

1. Apabila kamu bertemu dengan seseorang, maka lihatlah kelebihan yang ada padanya. Dan engkau katakanlah kepada dirimu sendiri, "Mudah-mudahan jadilah dia di sisi Allah lebih baik daripada aku dan semoga Allah mengangkat darjatnya."


2. Sekiranya dia adalah orang yang lebih muda daripada engkau, katakanlah, "Dia belum menderhaka kepada Allah maka tidak ragu lagi dia lebih baik daripada aku."


3. Sekiranya dia adalah yang lebih tua daripada engkau maka katakanlah, "Dia adalah orang yang lebih dahulu menyembah dan berbakti kepada Allah daripada aku."


4. Sekiranya dia adalah orang yang alim, maka katakanlah, "Dia telah diberikan oleh Allah apa yang aku tidak peroleh dan dia mengetahui apa yang aku tidak tahu."


5. Sekiranya dia adalah seorang yang jahil, maka katakanlah, "Dia adalah orang yang menderhaka kepada Allah kerana kejahilannya. Sedangkan aku menderhaka kepada Allah dalam keadaan aku mengetahui bagaimanakah kesudahanku dan kesudahannya."
6.Sekiranya dia adalah seorang yang kafir, maka katakanlah, "Aku tidak tahu, mungkin akhirnya dia memeluk Islam dan mati dalam keadaan Husnul Khatimah dan mungkin aku jadi kafir dan mati dalam keadaan Suul Khatimah." Na'uzubillahuminzalikh...


Kesimpulannya:-


1) Berbaik sangka sesama manusia adalah menjadi tuntutan agama dan disenangi oleh Allah s.w.t.

2) Mukmin yang sejati sentiasa mendoakan akan kesejahteraan muslimin dan muslimat di samping diri sendiri serta keluarga.


3) Sentiasa melihat kekurangan diri sendiri dan berusaha untuk meningkatkan kualiti iman serta taqwa dari masa ke semasa.


4) Bijak terhadap kekurangan dan kesalahan orang lain malah berani untuk mengaku akan jasa dan kelebihan orang lain (saat mendengar aib orang lain sepantasnya dikuburkan dan jangan pernah dibuka melainkan yang dibenar agama).


5) Lupakan segala jasa dan kebaikan diri yang dilakukan (saat melakukan satu kebaikan sepantasnya dilupakan dan tidak pernah mengungkitnya semula bagi mengenang dan mempersoalkan akan segala kebaikan yang dilakukan).


6) Untuk berusaha agar tidak lalai atau terleka barang sekejap bagi mengingati Allah dan menurut segala yang diperintahkan Nya, meninggalkan segala larangan Nya.