Tuesday, January 11, 2011

Ilmu dan Amal

Nabi saw bersabda dalam sebuah hadis yang diriwayatkan oleh Bukhari, yang bermaksud :

“Menuntut ilmu adalah wajib atas setiap muslim”

Dalam sebuah hadis lain yang diriwayatkan oleh Abu Daud, Nabi saw bersabda yang bermaksud :

“Sesiapa yang pergi mencari ilmu, maka Allah akan membuka pintu syurga untuknya, dan malaikat akan menghamparkan sayapnya untuknya, dan para malaikat serta ikan-ikan di lautan mendoakan untuknya”

Yang dimaksud ilmu adalah ilmu yang bermanfaat, yang akan mewariskan kebaikan dan barakah kepada penuntutnya baik di dunia ataupun di akhirat.

KELEBIHAN ORANG YANG BERILMU

Islam adalah agama yang berorientasikan amal. Untuk beramal, Islam menuntut umatnya untuk berilmu. Orang yang tidak berilmu umpama seorang pencari kayu api di tengah malam tanpa cahaya, kekadang ular pun disangka kayu api. Keutamaan menuntut ilmu banyak dijelaskan dalam Al Quran dan Hadis. ANTARANYA:

1.“Adakah sama antara orang-orang yang mengetahui dengan orang-orang yang tidak mengetahui? (Al-Quran, Surah Az-Zumar, ayat 9)

2.“Allah akan meninggikan orang-orang yang beriman di antaramu dan orang-orang yang diberi ilmu pengetahuan beberapa derajat.” (Al Quran, Surah Al-Mujadilah, ayat 11)

3.“Barangsiapa menempuh jalam untuk mencari ilmu, maka Allah mudahkan baginya jalan menuju syurga.” (Hadis Riwayat Muslim)

4.“Menuntut ilmu adalah wajib atas setiap muslim.” (Hadis Riwayat Bukhari)

Berilmu sebelum beramal sangat penting. Kita harus mengilmui apa yang akan kita amalkan. Dikhuatiri, tanpa ilmu yang mencukupi, kita akan terjerumus kepada amalan bid’ah atau kesyirikan.

Dalam hadits lain disebutkan bahwa orang yang berilmu jauh di atas tukang ibadah yang jahil (bodoh). "Keutamaan orang yang berilmu atas orang yang rajin beribadah ibarat keutamaan bulan purnama atas semua bintang". Bahkan dalam hadis lain disebutkan: "Tidurnya orang yang berilmu lebih utama daripada ibadahnya orang yang bodoh". Kedua hadits ini harus dipahami bahwa seorang alim (orang yang berilmu) lebih utama dari seorang abid (tukang ibadah) lantaran bagaimana mungkin seseorang dapat melaksanakan ibadahnya secara benar kalau tidak tahu ilmunya. Sementara si alim, tidurpun berdasarkan ilmunya.
Setelah kita memperhatikan nash-nash yang menjelaskan keutamaan orang yang berilmu, kini marilah kita simak salah satu sabda Nabi Saw berikut ini: "Sesungguhnya manusia yang paling berat siksanya kelak di hari kiamat adalah orang yang berilmu akan tetapi ilmunya tidak bermanfaat" (HR. Ahmad dan Baihaki). Demikian juga masih dalam riwayat yang sama, Rasulullah bersabda: "Kelak penduduk neraka akan berteriak-teriak sambil menutup hidung mereka. Mereka mengatakan: "Siapa kamu ini, mengapa tubuh kamu sangat bau seperti ini? Kami sudah sangat pedih dengan siksa ini, kini kamu tambah dengan aroma bau  kamu yang menyengak". Orang itu lalu berkata: "Dulu waktu di dunia saya ini adalah orang yang berilmu akan tetapi ilmu saya ini tidak bermanfaat".

Bila hadits-hadits sebelumnya menerangkan keutamaan orang yang berilmu, maka dalam dua riwayat ini justru sebaliknya; mencela dan menyiksa orang yang berilmu yang dengan ilmunya tidak mendatangkan manfaat baik bagi dirinya sendiri maupun bagi orang lain. Kedua riwayat ini juga sekaligus mengisyaratkan bahwa dalam Islam tujuan mencari ilmu adalah untuk diamalkan bukan  sekedar penghias bibir, pemoles kata dan bukan pula semata untuk mencari harta. Ilmu yang didapat harus dapat bermanfaat bagi diri sendiri maupun untuk orang lain. Bermanfaat bagi diri sendiri dimaksudkan mampu membimbing diri ke arah yang lebih baik, mengubah diri dan laku ke arah yang lebih diridhai-Nya.  Bermanfaat bagi orang lain dapat diartikan mampu memberikan atsar (efek baik) kepada orang-orang dalam menuju kehidupan yang lebih bernilai di sisi Allah Swt. Dengan bahasa lebih mudah, orang menuntut ilmu adalah untuk beramal. 


Berkaitan dengan masalah ilmu dan amal ini, marilah kita simak penuturan Imam al-Ghazali dalam buku kecilnya yang berjudul Khulashah at Tashanif fit Tasawwuf. Buku yang awalnya berbahasa Parsi, dan dialihbahasakan ke dalam bahasa Arab oleh Muhammad Amin al-Kurdi an-Naqsabandi ini merupakan jawaban terhadap keluhan salah seorang muridnya. Dalam keluhannya itu, sang murid mengadu bahwa ia telah menghabiskan semua masanya untuk terus mencari berbagai disiplin ilmu. Namun setelah ilmu itu diraih, ia bingung mana diantara ilmu tersebut yang dapat memberinya hidayah sekaligus bekal kelak di akhirat. Ia lalu memohon nasihat, petunjuk dan doa dari gurunya, Imam al-Ghazali. Berikut terjemahan
point-point penting dari jawaban Imam al-Ghaali dimaksud.

"Wahai anakku, sesungguhnya semua nasihat dari para shalihin terdahulu
semuanya sudah tertulis dalam hadits Nabi. Cukup semua itu kamu jadikan pelajaran
dan nasihat.

Wahai anakku, dikisahkan bahwa sepeninggal al-Junaid (seorang sufi
besar=pent.), para sahabat dekatnya bermimpi bertemu dengannya. Para sahabatnya
lalu bertanya: "Apa yang telah Allah perbuat kepada kamu?" Al-Junaid menjawab:
"tidak berguna semua isyarat itu, tidak berfaidah semua ungkapan-ungkapan itu,
tidak bermanfaat ilmu-ilmu itu, tidak membantu catatan-catatan itu, akan tetapi yang
membantu dan bermanfaat bagi kami hanyalah shalat yang kami lakukan di tengah
malam".

Ketahuilah dengan yakin wahai anakku, ilmu saja tanpa amal tidak akan
menyelamatkan kamu kelak di hari kiamat. Coba kamu bayangkan, bagaimana
menurut kamu, seorang tukang perang yang memiliki 10 pedang dan ratusan anak
panah berikut busurnya, lalu tiba2 dihadang seekor harimau besar, apakah semua
senjatanya dapat menolong dia dengan sendirinya tanpa ia pergunakan? Kamu tentu
secara yakin akan menjawab tidak. Demikian juga halnya jika seseorang mengetahui
100.000 masalah akan tetapi ia tidak mengamalkannya satu pun, maka anda pun tahu,
semua ilmunya itu tidak ada faidah buat dia sedikitpun.

Anakku, setiap hari hatimu selalu diseru—meskipun kamu tidak mendengar—
"ma tashna'u bi ghairi wa anta mahfufun bi khairi", "mengapa kamu tega berbuat
untuk selain-Ku, padahal kamu selalu dikelilingi kebaikan-Ku".

Anakku, ilmu tanpa amal adalah gila, dan amal tanpa ilmu adalah asing.
Karena jika ilmu tidak menjauhkan kamu dari ma'siat, maka kelak ia tidak akan
menjauhkan kamu dari neraka jahannam. Jika hari ini kamu tidak beramal shalih,
maka kelak di hari kiamat kamu akan berkata: "Ya Allah kembalikan kami ke dunia
niscaya kami akan berbuat baik". Lalu akan dikatakan kepadamu: "Apakah kami tidak
memberikan umur kepadamu".

Anakku, jangan pernah lupa, bawalah ruhmu dalam taat sebelum ruhmu lari
dari jasad (mati). Ketahuilah, dunia hanyalah persinggahanmu sementara sampai
suatu saat kamu pindah ke kubur. Mereka ahli kubur setiap detik menunggumu.
Berhati-hatilah jangan sampai kamu pergi kepadanya tanpa bekal.

Anakku, jika ilmu saja tanpa amal cukup bagimu, apa yang akan kamu
katakan ketika penyeru berkata: "Apakah termasuk orang yang bertaubat, orang yang
meminta ataukah termasuk orang yang memohon ampun?". Dalam hadits Shahih
dikatakan ketika setengah malam sudah berlalu, dan saat orang-orang tidur lelap,
Allah menyeru: " Apakah termasuk orang yang bertaubat, orang yang meminta
ataukah termasuk orang yang memohon ampun?". Karena itu, Rasulullah
menganjurkan ummatnya agar setiap malam shalat, dzikir dan memohon ampun.
Janganlah kamu terlalu banyak tidur pada malam hari karena akan membuat kamu
fakir kelak di hari kiamat.
Sufyan at-Tsauri pernah berkata: "Jika awal malam tiba, dari bawah arasy
terdengar seruan: "Apakah tukang-tukang ibadah bangun?" Maka berdirilah mereka
dan merekapun melaksanakan shalat. Bila tengah malam tiba, terdengar seruan lagi:
"Apakah hamba-hambaKu yang tunduk telah bangun?" Bangun pula lah mereka dan
kembali melakukan shalat malam sampai waktu sahur tiba. Bila waktu sahur tiba,
terdengar lagi seruan: "Apakah orang-orang yang memohon ampun telah bangun?"
Berdiri pula lah mereka memohon ampun sampai datang waktu fajar. Bila waktu fajar
tiba, terdengar kembali seruan: "Apakah orang-orang lalai telah bangun?" Bangunlah
mereka dari tempat tidur masing-masing seperti ketika dibangunkannya orang yang
telah mati kelak dari kubur.

Anakku, renungkanlah nasihat lukman: "Wahai anakku, janganlah kamu
jadikan ayam-ayam itu lebih geliat dari pada kamu. Ia kongkorongok, berkokok pada
waktu sahur sementara kamu masih tidur.

Anakku, banyak hal yang tidak cukup saya jelaskan dengan ucapan dan tulisan
karena dia sifatnya filling (dzauqi). Semua yang bersifat filling tidak bisa dicapai
dengan lisan dan tulisan tapi harus melalui amal perbuatan, praktek. Ketika kamu
hendak menjelaskan pada seseorang apa itu pahit, manis, maka semua itu tidak cukup
dengan lisan dan tuisan tapi harus langsung melalui amal perbuatan, mencoba.

Anakku, jika orang yang impoten menanyakan bagaimana nikmatnya jima'
(hubungan badan), maka jawaban lisan dan tulisan tidaklah cukup baginya, tapi harus
melalui praktek langsung.

Anakku, al-Syibli (seorang sufi besar=pent.) pernah berkisah bahwa dia telah
berguru kepada 400 syaikh, juga sudah membaca lebih dari 4000 hadits, akan tetapi
dari sekian banyak hadits di atas ia hanya memilih satu hadits saja dan meninggalkan
yang lainnya. Ia melihat hadits tersebutlah yang dapat dijadikan petunjuk untuk
meraih keselamatan kelak di hari akhir. Hadits tersebut adalah:
إعمل لدنياك بقدر مقامك فيها واعمل لآخرتك بقدر بقائك فيها واعمل لله بقدر حاجتك إليه واعمل للنار بقدر صبرك عليها.
"Berbuatlah untuk urusan duniamu menurut ukuran berapa lama kamu tinggal di
dalamnya. Berbuatlah untuk akhiratmu menurut ukuran kekekalan kamu tinggal di
dalamnya. . Berbuatlah untuk Allah menurut kebutuahanmu kepadaNya dan
berbuatlah untuk neraka menurut ukuran kesabaranmu di dalamnya."

Anakku, pahamilah hakikat dari ibadah dan tha'ah. Apa itu ibadah? Ibadah
adalah mengikuti petunjuk Syari (Allah dan RasulNya) baik yang menyangkut
perintah maupun larangan. Apabila kamu melakukan suatu perbuatan yang tidak ada
perintahnya dari Syari', maka itu bukan ibadah, meskipun perbuatan tersebut dalam
bentuk dan wujud ibadah. Bahkan, terkadang sesungguhnya perbuatan tersebut
hakikatnya adalah sebuah perbuatan maksiat, meskipun dalam wujud puasa atau
shalat. Bukankah orang yang berpuasa pada hari Tasyriq atau pada hari raya Idul Fitri
dan Adha dipandang sebagai orang yang berdosa? Padahal ia melakukannya dalam
bentuk ibadah. Kenapa demikian? Karena tidak ada perintah dari syari'. Demikian
juga, orang yang shalat pada waktu-waktu yang dimakruhkan atau di tempat-tempat
hasil dari perbuatan ghasab, ia tetap dipandang sebagai pembuat dosa.
Sebaliknya, apabila seorang suami bercanda dengan isterinya, maka ia
berpahala meskipun perbuatan tersebut dalam bentuk canda. Kenapa? Karena
bercanda dengan isteri dan mahram lainnya adalah diperintahkan. Oleh karena itu,
maka hakikat ibadah adalah melaksanakan perintah, bukan semata shalat atau puasa.
Karena shalat dan puasa itu tidak menjadi ibadah apabila tidak diperintahkan.

Anakku, ketahuilah bahwa yang disebut dengan tasawwuf adalah melekatnya
dua komponen penting dalam diri seseorang: jujur kepada Allah (al-shidqu ma'allah)
dan bermuamalah dengan baik terhadap sesama manusia. Setiap orang yang jujur
kepada Allah dan bermuamalah secara baik dengan sesama manusia, maka ia disebut
dengan seorang sufi (ahli tasawuf). Jujur kepada Allah maksudnya adalah merelakan
kepentingan pribadi demi perintah Allah. Sedangkan yang dimaksud dengan
bermuamalah dengan baik adalah senantiasa mengutamakan kepentingan mereka
(orang lain) dari pada kepentingan diri sendiri, selama kepentingan mereka itu selaras
dengan ketentuan syara.

Anakku, tahukah kamu apa yang dimaksud dengan hakikat dari penyembahan
kepada Allah? Ia adalah upaya untuk selalu menghadirkan Allah dalam segala gerak
gerik hamba tanpa ada pikiran dan rasa apapun dari selainNya. Dan hal ini tidak akan
tercapai kecuali dengan tiga hal: 1) senantiasa bergegas dalam melaksanakan
perintaNya, 2) ridha atas qadha dan qadar juga pembagian dari Allah, dan 3)
menghindari rasa menyesal atas pilihan yang telah diberikan oleh Allah kepadamu
sekalipun pilihan itu bukan pilihanmu.

Anakku, tahukah kamu apa itu tawakkal? Tawakal adalah kamu betul betul
yakin bahwa apa yang sudah menjadi bagian kamu, pasti akan sampai kepadamu
sekalipun semua penghuni dunia ini menghalanginya. Demikian juga, apa yang bukan
bagian kamu, tidak akan pernah sampai kepadamu meskipun seluruh penghuni dunia
ini turut membantumu.

Anakku, tahukah kamu apa itu ikhlas? Ikhlas adalah upaya untuk menjadikan
seluruh perbuatan kamu hanya karena Allah, dalam pengertian, tidak terbesit
sedikitpun dalam hati kamu untuk memperoleh balasan, pujian atau apapun dari
sesama manusia, baik ketika sedang melakukan perbuatan tersebut maupun
setelahnya. Di antara ciri keikhlasan adalah, kamu tidak merasa bahagia dan bangga
dengan pujian dari manusia, juga kamu tidak merasa bersedih hati, kecewa tatkala
mereka mencela dan menghina kamu. Berlakulah biasa dan sama dalam dua keadaan
tersebut.

Anakku, bila suatu saat seorang penguasa hendak berkunjung ke rumahmu,
maka kamu akan memoles dan menata dengan baik semua benda yang diyakini akan
dilihat oleh penguasa tersebut. Bila dengan penguasa saja seperti itu, maka apalagi
dengan Allah. Bukankah dalam sebuah hadits Rasulullah pernah bersabda, bahwa
Allah hanya akan melihat hati dan amalmu dan bukan harta serta kecantikanmu? Bila
tahu itu, maka kamu harus segera memperindah, mempersiapkan sebaik mungkin hati
dan amal kamu sebelum Allah datang "berziarah" kepadamu.

Terakhir, wahai anakku, saya ajarkan kepada kamu sebuah doa yang
sebaiknya kamu baca sesering mungkin terutama setelah shalat. Semoga dengan do'a
ini dapat membantu kamu untuk terus beramal:
اَلَّلهُمَّ إِنِّي أَسْأَلُكَ مِنَ النِّعْمَةِ تَمَامَهَا, وَمِنَ الْعِصْمَةِ دَوَامَهَا, وَمِنَ الرَّحْمَةِ شُمُوْلَهَا, وَمِنَ اْلعَافِيَةِ حُصُوْلََهَا. وَمِنَ الْعَيْشِ أَرْغَدَهْ, وَمِنَ الْعُمْرِ أَسْعَدَهْ, وَمِنَ اْلإحْسَانِ أَتَمًّهْ, وَمِنَ ْاِلإنْعَامِ أَعَمَّهْ, وَمِنَ الْفَضْلِ أَعْذَبَهْ, وَمِنَ الُّلطْفِ أَقْرَبَهْ, وَمِنَ الْعَمَلِ أَصْلَحَهْ, وَمِنَ الْعِلْمِ أَنْفَعَهْ, وَمِنَ الرِّزْقِ أَوْسَعَهْ. اَلَّلهُمَّ كُنْ لَنَا وَلا تَكُنْ عَلَيْنَا. أَلَّلُهُمَّ اخْتِمْ بِالسَّعَاَدَةِ آجَالَنَا, وَحَقِّقْ بِالزِّيَادَةِ أَعْمَالَنَا, وَاقْرِنْ بِالْعَاِفيَةِ غَدْوَنَا وَآصَالَنَا. وَاجْعَلْ إِلَى رَحْمَتِكَ مَصِيْرَنَا وَمَآلَنَا, وَاصْبِبْ سَجَّالَ عَفْوِكَ عَلَى ذُنُوْبِنَا, وَمُنَّ عَلَيْنَا بِإِصْلاحِ عُيُوْبِنَا. وَاجْعَلِ التَّقْوَى زَادَنَا, وَفِى دِيْنِكَ اجْتِهَادَنَا, وَعَلَيْكَ تَوَكُّلَنَا وَاعْتِمَادَنَا. إِلَهَنَا ثَبِّتْنَا عَلَى نَهْجِ اْلإسْتِقَامَةِ, وَأَعِذْنَا مِنْ مُوْجِبَاتِ النَّدَامَةِ يَوْمَ الْقِيَامَةِ. وَخَفِّفْ عَنَّا ثَقْلَ الأوْزَارِ, وَاْرزُقْنَا عِيشَةَ الأبْرَارِ. وَاكْفِنَا وَاصْرِفْ عَنَّا شَرَّ الأشْرَارِ. وَأَعْتِقْ رِقَابَنَا وَرِقَابَ آبَائِنَا وَأُمَّهَاتِنَا مِنَ النَّارِ وَالدَّيْنِ وَالْمَظَالِمِ يَا عَزِيْزُ يَا غَفَّارُ, يَا كَرِيْمُ يَا سَتَّارُ, يَا حَلِيْمُ يَا جَبَّارُ بِرَحْمَتِكَ يَا أَرْحَمَ الرَّاحِمِيْنَ. وَصَلَّى اللهُ عَلَى خَيْرِ خَلْقِهِ مُحَمَّدٍ وَآلِهِ وَصَحْبِهِ أَجْمَعِيْنَ, وَالْحَمْدُ لِلَّهِ رَبِّ الْعَالَمِيْنَ. آمِيْنْ.

Artinya: "Ya Allah, aku memohon kepadaMu nikmat yang sempurna, perlindungan
yang lama, rahmat yang tidak pernah sirna dan maafMu selamanya. Ya Allah, aku
memohon kepadaMu kehidupan yang paling melimpah, umur yang paling bahagia,
kebaikan yang paling sempurna, nikmat yang paling cukup, karunia yang paling baik,
kelembutan yang paling dekat, amal yang paling shaleh, ilmu yang paling bermanfaat
dan rizki yang paling leluasa. Ya, Allah, jadilah Eukau pelindung kami dan jangan
Eukau menjadi musuh kami. Ya Allah, akhiri umur kami dengan kebahagiaan,
wujudkan perbuatan kami sebagai tambahan kebaikan, temani langkah dan gerak
kami dengan maafMu, jadikan tempat kembali dan tujuan kami hanyalah rahmatMu,
curahkanlah atas dosa-dosa kami pengampunanMu, karuniailah dan gantilah dengan
kebaikan semua cacat-cacat kami. Ya Allah, jadikanlah taqwa sebagai bekal kami,
agama sebagai tempat kesungguhan kami, dan hanya kepadaMu kami bertawakal dan
bergantung. Ya Allah, tetapkan kami dalam istiqamah, lindungi kami dari penyesalan
kelak di hari Kiamat. Ringankan semua dosa dan kesalahan kami yang begitu banyak
dan berat, berikan kepada kami kehidupan orang-orang shaleh. Hindarkan dan
jauhkan Ya Allah, dari semua tipu daya dan usaha orang-orang jahat. Ya Allah,
bebaskan keluarga kami, keluarga bapak dan ibu kami dari siksa api neraka. Bebaskan
kami dari hutang yang melilit dan dari perbuatan orang-orang dhalim, karena
sesungguhnya Eukau Maha Gagah dan Pengampun, Eukau Maha Dermawan dan
Maha Penutup (aib), Eukau Maha Sabar dan Kuasa. Semua itu adalah karena rahmat
(kasih saying)Mu ya Allah yang Maha Pengasih dan Penyayang. Semoga Allah
senantiasa memberikan shalawat dan salam kepada Nabi Muhammad Saw, keluarga
dan para sahabatnya semuanya. Segala puji bagi Allah, Tuhan semesta alam. Semoga
Allah mengabulkan semua doa kami."

Demikian, di antara nasihat Imam Ghazali untuk kita pencari ilmu. Mari kita
coba wujudkan semangat ilmu untuk amal dan amal berdasarkan ilmu, agar kita dapat
meraih kebahagian di dunia dan di akhirat. Amin. Wallahu a'lam.

http://luahfikiran.blogspot.com/2010/12/mari-kita-jadi-orang-yang-berilmu-dan.htmlhttp://alumnus2003irmala.multiply.com/journal/item/10/Ilmu_adalah_untuk_amal_dan_amal_harus_berdasarkan_ilmu 

2 comments:

  1. Carilah seberapa banyak ilmu dan simpan di dada kemudian "diam", nescaya menyakiti hati orang fasiq dan mengembirakan hati orang beriman....

    ReplyDelete
  2. INSYALLAH!!!

    “Apabila mati seseorang anak adam, terputuslah segala amalannya melainkan 3 perkara ; Sedekah Jariah, Ilmu Yang Bermanfaat dan Anak Yang Soleh Yang Mendoakannya”

    “Sampaikan daripadaku walaupun sepotong ayat”

    ReplyDelete